Dokter di Semarang Tewas dalam Kos

Hasil Visum Ungkap Kondisi Tubuh Dokter Aulia Risma Saat Tewas, Isi Diary Mengeluh Pada Tuhan

Berdasarkan visum, tim medis menemukan luka pada punggung tangan kiri Aulia Risma Lestari yang diduga kuat sebagai bekas suntikan obat.

Editor: Muhammad Ridho
istimewa
Hasil Visum Ungkap Kondisi Tubuh Dokter Aulia Risma Saat Tewas, Isi Diary Mengeluh Pada Tuhan 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Polisi ungkap hasil Visum yang dilakukan RSUP Kariadi pada jasad Aulia Risma Lestari, Dokter di Semarang Tewas dalam Kos .

Berdasarkan visum, tim medis menemukan luka pada punggung tangan kiri Aulia Risma Lestari yang diduga kuat sebagai bekas suntikan obat.

Terdapat tiga titik luka bekas suntikan dan sisa obat yang berfungsi melemahkan otot yang kaku.

Sehingga dari hasil pemeriksaan buku diary dan hasil visum korban, penyebab kematian dokter ARL itu lebih disebabkan oleh faktor kesehatan, bukan perundungan atau bully.

Korban menderita sakit di punggung, kemungkinan syaraf kejepit.

"Beliau diduga melakukan suntikan mandiri untuk meredakan nyeri," kata Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar. 

Terkait buku diary yang berisi curahan hati dokter itu ialah terkait kesulitan dalam menjalani pendidikan anestesi.

Aparat kepolisian pun menyimpulkan tidak ada satupun yang mengarah kepada perundungan, akan tetapi mengeluh kepada Tuhan.

Polisi Bentuk Tim Khusus

Untuk mengusut kasus ini, Polres Semarang, Jawa tengah membentuk tim khusus.

Tim khusus tersebut nantinya akan melakukan investigasi terkait kasus kematian dr Aulia Risma.

Mengutip TribunJateng.com, tim bentukan Polres Semarang ini mulai bekerja pada pekan ini.

Kapolresta Semarang, Kombes Irwan Anwar mengatakan, tim khusus tersebut juga telah memanggil sejumlah saksi.

Di antaranya keluarga, sahabat, hingga pacar.

"Iya kami telah bentuk tim, pekan ini mulai bekerja,"

"Nanti kami panggil pacar, keluarga, sahabat, hingga sirkel dokter," ujarnya.

Tim ini penting lantaran bertugas untuk menguak misteri dugaan perundungan yang diduga jadi pemicu korban mengakhiri diri sendiri.

"Tim bertugas menggali informasi dugaan perundungan tersebut," sambungnya.

Namun, Kombes Irwan menuturkan, kematian korban juga bisa saja karena kelalaian.

"Kematian korban premisnya ada dua, kelalaian atau bunuh diri. Nah, kami masih komunikasi dengan ahli terkait obat ini (roculax) digunakan korban dalam rangka sakitnya atau penyebab lain," terangnya.

Sebelumnya, Susyanto yang merupakan kuasa hukum keluarga Aulia Risma mengatakan, pihak keluarga membantah korban tewas karena bunuh diri.

 "Terkait yang viral katanya, nuwun sewu korban meninggal karena bunuh diri itu kami sangkal. Itu tidak benar," ujarnya, dikutip dari TribunJateng.com.

Ia menuturkan, korban meninggal dunia karena sakit.

"Bahwa almarhumah meninggal dunia karena sakit," katanya.

Susyanto menambahkan, korban sendiri mempunyai masalah kesehatan.

Aulia Risma memiliki riwayat saraf kejepit, dan saat kelelahan akan kambuh dan terasa sakit.

Ia menuturkan, mungkin saat kejadian, Aulia Risma merasa kesakitan dan menyuntukkan obat anestesi dan kelebihan dosis.

"Intinya pihak keluarga menampik terkait bahwa korban almarhumah itu meninggal dunia karena bunuh diri,"

"Kami sebagai kuasa hukum dari keluarga itu menolak berita tersebut," tegasnya.

Saat ditanya soal temuan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang mengatakan adanya perundungan kasus ini, Susyanto mengatakan kliennya menyerahkan ke pihak berwenang.

"Itu kewenangan dari pihak Kementerian Kesehatan untuk menata dapur rumah tangganya. Kami hanya sebatas memberikan keterangan apa yang dibutuhkan oleh Kemenkes RI," jelasnya.

Selain itu, pihak Undip juga menampik adanya perundungan yang jadi pemicu dr Aulia Risma untuk mengakhiri hidupnya.

Dari hasil investigasi internal tersebut, pihak Undip menampik ada perundungan yang menyebabkan korban mengakhiri hidup.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal Undip, hal tersebut tidak benar,"

"Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat memengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ujar Rektor Undip Suharmomo lewat siaran pers di laman universitas.

Kemenkes Datangi Rumah Keluarga Aulia Risma

Terbaru ini, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah membentuk tim investigasi untuk melakukan penyelidikan terkait kasus ini.

Tim investigasi dari Kemenkes RI pun mendatangi rumah keluarga korban di Kota Tegal, Jawa Tengah, Minggu (18/9/2024).

Mereka datang untuk meminta data-data yang berkaitan dengan almarhumah.

Kedatangan tim investigasi juga berbarengan dengan Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin yang menjenguk ayah almarhumah yang sedang dirawat di RSUD Kardinah Tegal.

Susyanto mengatakan, tujuan tim investigasi dari Kemenkes tersebut untuk menggali data terkait adanya dugaan perundungan yang saat ini viral di media sosial.

Sekira 10 orang yang datang ke rumah keluarga korban sejak pukul 16.30 hingga 20.00 WIB.

"Kami sudah menyerahkan data-data yang diperlukan."

"Terkait teknis data-data yang kami berikan kami silent."

"Kami tidak bisa buka takutnya jadi blunder," ujarnya, dikutip dari TribunJateng.com.

Tak hanya itu, pihak Polrestabes Semarang juga sudah mendatangi rumah almarhumah.

"Dari Polrestabes Semarang sudah datang. Yang belum datang hanya dari Kemendikbudristek RI," ujarnya.

Undip Sebut Tewas Karena Punya Masalah Kesehatan 

Universitas Diponegoro (Undip) kalrifikasi kasus Dokter di Semarang Tewas dalam Kos yang bernama dr Aulia Risma Lestari menjadi sorotan publik.

Sebab, kuat dugaan dr Aulia mengakhiri hidupnya sendiri lantaran tidak tahan dengan bullying atau perundungan.

Pihak kampus pun menyebut almarhumah memiliki sakit.

Fakta tersebut diketahui setelah pihak Undip melakukan investigasi terkait meninggalnya dr Aulia Risma Lestari.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal Undip, hal tersebut tidak benar,"

"Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat memengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ujar Rektor Undip Suharmomo lewat siaran pers di laman universitas mengutip dari Tribunnews.com, Jumat (16/8/2024).

Meski begitu, pihak Undip tak menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami korban untuk melindungi privasi korban.

Pihak Program Studi (Prodi) Anaestesi juga menyikapi masalah kesehatan yang dialami korban dengan melakukan pemantauan.

"Pengelola Pendidikan Program Studi Anestesi menyikapi problem kesehatan yang dialami korban dengan memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangkutan selama proses pendidikan," ujarnya.

Korban pun sempat mengundurkan diri, namun karena menerima beasiswa, korban mengurungkan niatnya.

"Berdasarkan kondisi kesehatannya, korban sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga korban mengurungkan niat tersebut," lanjutnya.

Pihak universitas juga terbuka dengan fakta valid di luar hasil investigasi dan siap berkoordinasi dengan pihak manapun.

"Kami sangat terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar hasil investigasi yang telah Undip lakukan,"

"Kami Siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan 'zero bullying' di Fakultas Kedokteran Undip," lanjutnya.

( Tribunpekanbaru.com )

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved