Dokter di Semarang Tewas dalam Kos
'Badanku Sakit Semua Pah', Isi Rekaman Suara Dokter Aulia Risma ke Ayah Sebelum Tewas di Kos
Baru-baru ini beredar rekaman suara dokter Aulia Risma Lestari (30) saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anastesi
TRIBUNPEKANBARU.COM - Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah membentuk tim investigasi untuk melakukan penyelidikan terkait kasus Dokter di Semarang Tewas dalam Kos .
Diketahui, dokter Aulia Risma dikabarkan mengakhiri hidup karena diduga tak kuat menahan perundungan atau bullying yang diterimanya saat menjalani PDDS di Undip.
Baru-baru ini beredar rekaman suara dokter Aulia Risma Lestari (30) saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anastesi di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah.
Rekaman suara tersebut ditujukan untuk ayahnya, Mohamad Fakhruri (65) dan dikirimkan melalui WhatsApp.
Dalam rekaman terdengar suara tangisan dokter Aulia yang tidak kuat menjalani PPDS.
Berikut rekaman suara yang diduga dikirimkan dokter Aulia ke ayahnya:
"Enggak pah. Tiap aku bangun tidur itu pah, badannya sakit semua.
Punggungnya sakit semua. Bangun harus pelan-pelan.
Kalau enggak pelan-pelan, aku enggak bisa bangun.
Aku aja tadi mau minum itu susah. Di bangsal minum enggak bisa.
Terus akhirnya aku minta tolong CS (Customer Service) aku kasih uang Rp 50 ribu.
Aku minta nitip minum buat dia belikan minum.
Karena aku nggak boleh ke kantin ke minimarket sama sekali pah.
Pah, bener-bener yah pah, di sini tuh programmnya kacau kacau pah. Aku tanya teman yang di UNS itu nggak 24 jam pah, Aku enggak tahu aku bisa atau enggak pah."
Pengacara Membenarkan
Mantan kuasa hukum keluarga dokter Aulia, Susyanto membenarkan rekaman yang viral di media sosial mirip suara dokter Aulia.
Meski tak lagi menjadi kuasa hukum keluarga dokter Aulia, Susyanto mengetahui kedekatan antara dokter Aulia dengan ayahnya.
"Intinya ada yang tidak suka dengan saya yang ingin mengawal kasus ini sampai selesai. Padahal (kasus) ini masih setengah jalan," tukasnya.
Ia berani menjamin keaslian rekaman suara lantaran sudah disodorkan ke penyidik Polrestabes Semarang.
"Benar itu suara asli (Aulia) lewat chatting WhatsApp antara korban dengan ayahnya," jelasnya.
Susyanto menjelaskan kondisi kesehatan Mohamad Fakhruri (65) menurun usai mengetahui dokter Aulia tewas.
"Makanya ayahnya langsung sakit sampai ikut meninggal dunia," imbuhnya.
Sahabat Buka Suara
Teman dekat almarhum dr.Aulia Risma mengungkap jika Aulia Risma sering mengeluhkan sakit dan beratnya menjadi mahasiswi PPDS di Undip.
Hal itu disampaikan dalam program penelususan Fakta TVOne.
Teman dekat Aulia Risma yang berinisial D mengatakan jika Risma kerap bercerita kepadanya.
D mengatakan jika Dokter Risma pernah menjalani rawat jalan di Spesialis Kedokteran Jiwa (SpKJ) karena beratnya masalah yang dialami.
"Tapi kalau memang mohon maaf ini yang harus saya konfirmasi. Memang berdasarkan ceritaalmarhumah ke beliau? betul ada perundungan pada beliau?" tanya host.
"Yang saya tahu almarhumah sempat rawat jalan di SpKJ. kalau yang di psikiater itu memang di 2022 2023, di tahun 2024 kayanya enggak deh. Selama 2 tahun ini syaraf kecepitnya yang menyiksa. Apalagi ditambah dia bekerja, dia harus sekolah residensi PPDS," papar D.
Namun D tak tahu masalah apa yang dikonsultasikan oleh dr.Aulia ke SPKJ.
D menambahkan jika dokter Aulia sering mengeluhkan tentang sakit syaraf kecepit dan beratnya menjadi mahasiswi PPDS.
"Ada kaitannya dengan konsultasi yang kerap dilakukan dengan pendidikan yang ia jalani, artinya konsultasi SpKJ dengan pendidikan sekarang, apakah menurut beliau berat? Sehingga ia merasa butuh berkonsultasi secara kejiwaan?" tanya host kembali,
"Ya mungkin bisa saja, kalau untuk apa yang dihadapi sampai ke SPKJ itu yang tahu dokter kejiwaannya. Yang sering dikeluhkan sakit almarhumah dan beratnya dia menjalani PPDS itu," ungkap D.
D adalah orang pertama yang menemukan Risma meninggal di kamar kos di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang.
D mencari Risma setelah almarhum tidak datang ke Residensi.
D lalu menuju ke kos Risma dan mendapati Risma sudah meninggal dunia.
Polisi Bungkam
Kasatreskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengaku belum dapat menyimpulkan rekaman yang beredar merupakan suara dokter Aulia.
Menurutnya, proses penyelidikan masih berjalan dan akan diungkap secepatnya.
"Nanti tunggu (keterangan) Kapolrestabes Semarang (Kombes Irwan Anwar) satu pintu semua ini," ucapnya, Rabu (28/8/2024), dikutip dari TribunJateng.com.
Sementara itu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, buka suara terkait praktik perundungan atau bullying yang kerap terjadi dalam PPDS.
Dugaan perundungan dialami dokter Aulia Risma Lestari yang ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024) lalu.
Selang 16 hari kemudian, ayah dokter Aulia, Mohamad Fakhruri (65) meninggal karena kesehatannya menurun.
“Kasus ini jadi momentum untuk menghapus praktik-praktik bullying yang tidak manusiawi di pendidikan dokter spesialis,” ujarnya, Rabu (28/8/2024).
Ia menegaskan mimpinya adalah menghilangkan budaya perundungan yang sudah mengakar di dunia kedokteran.
Menurut Budi, tidak sedikit dokter yang masih percaya perundungan adalah cara untuk membangun ketahanan mental.
“Banyak yang denial, merasa bullying penting untuk membentuk mental yang kuat. Padahal, ada banyak cara melatih ketahanan mental tanpa harus menyakiti,” tegasnya.
Budi menggarisbawahi di profesi lain seperti TNI, Polri, dan pilot, ketahanan mental juga diperlukan, namun praktik pendidikan mereka minim perundungan.
“TNI, Polri, pilot, semuanya membutuhkan ketahanan mental yang kuat, tapi cara mendidiknya tidak seperti ini (bullying). Ini soal budaya yang harus diubah,” tambahnya.
Menkes tidak ragu mengungkap detail praktik perundungan yang terjadi, mulai dari aturan ketat hingga perlakuan yang tidak adil terhadap peserta PPDS.
“Saya tahu persis praktiknya, berapa bayarnya, seperti apa perlakuannya. Yang bekerja di rumah sakit pendidikan kebanyakan hanya PPDS, dokter senior jarang turun langsung."
"Di ruang operasi, misalnya, PPDS yang bekerja, dokter senior hanya datang sebentar lalu pergi,” lanjutnya.
Budi menegaskan akan membawa kasus ini ke ranah hukum agar ada hukuman maksimal bagi pelaku sebagai efek jera.
“Saya akan dorong kasus ini diproses hukum. Pelaku harus dihukum seberat-beratnya untuk menciptakan efek jera,” kata Budi.
Dengan keberanian Budi membuka praktik-praktik kelam ini, diharapkan ada perubahan signifikan dalam lingkungan pendidikan dokter spesialis di Indonesia.
"Saya minta didokumentasikan biar polisi yang menyelidiki. Sudah, sudah. Diary, Whatsapp, chat, banyak sekali. Itu nanti bisa tanya polisi (apakah terbukti korban bullying atau tidak)," imbuhnya.
3 Tersangka Kasus Bullying Dokter Aulia Risma Belum Ditahan Polisi, Mengapa? Ini Alasannya |
![]() |
---|
Peran Masing-masing 3 Tersangka Kasus Pemerasan dan Bully Berujung Tewasnya Dokter Aulia Risma |
![]() |
---|
Segini Harta Taufik Eko Nugroho, Kaprodi yang Jadi Tersangka Kematian Aulia Risma, Capai 9,7 Miliar |
![]() |
---|
Sosok Zara Yupita Azra, Dokter yang Jadi Tersangka Kematian Aulia Risma, Kerap Bullying Korban |
![]() |
---|
Awalnya Pihak Kampus Bantah Bullying Kasus Tewasnya Aulia Risma, Kini Dosen Malah Jadi Tersangka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.