Kabar Dunia

Kabar Dunia : Penjahat Dihabisi Penjahat, Cara Mengerikan Duterte Habisi Gembong Narkoba di Filipina

Duterte tak mau minta maaf atas kebijakan yang ia lakukan . Bagaimana cara ia menghabisi gembong narkoba bikin rakyat Filipina aman

Editor: Budi Rahmat
tangkap layar/ YT
Kebijakan Duterte yang mengerikan namun bikin gembong narkoba ciut 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Penjahat dihabisi oleh penjahat. Kebijakan mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte bikin ngeri , namun mampu menghabisi gembong narkoba .

Namun , ia sama sekali tidak mau meminta maaf atas apa yang ia lakukan masa ia memiliki jabatan . 

Duterte mengatakan apa yang ia lakukan semata-mata untuk melindungi rakyat Filipina

Baca juga: Kabar Dunia : Inilah Penculikan Terlama di Dunia, 26 tahun Menghilang, Ternyata di Rumah Tetangga

“Mandat saya sebagai presiden adalah untuk melindungi negara dan rakyat Filipina. Jangan pertanyakan kebijakan saya, karena saya tidak akan meminta maaf,” ujarnya.

Kini aantan presiden Filipina Rodrigo Duterte mengungkapkan kepada penyelidikan senat mengenai kampanye pembunuhan yang terjadi selama perang melawan narkoba di bawah kepemimpinannya.

Dia memelihara “pasukan pembunuh” yang terdiri dari para penjahat untuk membunuh penjahat lainnya. 

Dalam penampilan publik pertamanya sejak meninggalkan jabatan pada tahun 2022, Duterte menegaskan bahwa ia tidak meminta maaf atas kebijakan kontroversialnya yang mengakibatkan kematian sekitar 30.000 orang.

Dilansir Guardian, Duterte, yang kini berusia 79 tahun, menjelaskan dalam sidang.

Ia menyampaikan pernyataan tersebut sambil berjalan menggunakan tongkat, menunjukkan sikap menantang kepada para senator, dan sering kali melontarkan makian selama sesi dengar pendapat.

Baca juga: Kabar Dunia : Bikin Merinding , Apa jadinya Ular Mematikan Sembunyi di Dalam Kamar Anak ?

Keluarga korban dari kampanye tersebut juga hadir dalam sidang, termasuk paman dari Kian delos Santos, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh dalam salah satu insiden yang memicu kemarahan internasional. 

Diperkirakan antara 12.000 hingga 30.000 orang tewas antara Juli 2016 dan Maret 2019, mayoritas merupakan pria muda dari daerah miskin yang dieksekusi di jalanan atau di rumah mereka.

Saat ini, Duterte menghadapi penyelidikan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Davao, di mana ia menjabat sebagai wali kota sebelum menjadi presiden. 

Presiden Filipina saat ini, Ferdinand Marcos Jr, sebelumnya menyatakan bahwa pemerintahannya tidak akan bekerja sama dengan ICC, meskipun hubungan antara Duterte dan Marcos mulai memburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam pernyataannya, Duterte berulang kali menegaskan bahwa ia tidak mengizinkan polisi untuk melakukan pembunuhan di luar hukum, namun mengakui bahwa ia memelihara tujuh “gangster” sebagai pasukan pembunuh saat menjabat sebagai wali kota Davao. 

“Saya bisa membuat pengakuan sekarang jika Anda mau,” ujar Duterte, dan menegaskan bahwa ia meminta gangster untuk membunuh penjahat, bukan anggota kepolisian.

Baca juga: Kabar Dunia : Keji , Ayah dan Adik Dikurung dalam Peti Besi lalu Ditenggelamkan agar Dapat Warisan

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved