Kasus DBD di Riau
Kasus DBD di Riau Kian Mengkhawatirkan, 17 Korban Jiwa Dilaporkan Meninggal Dunia
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus dengue kini semakin masif di Riau, terutama akibat lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Theo Rizky
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau semakin mengkhawatirkan.
Dalam kurun waktu empat bulan, Januari hingga akhir April 2025 tercatat sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat penyakit ini.
"Iya, sampai 31 April kemarin tercatat sudah ada 17 korban yang meninggal dunia disebabkan DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau, drg, Sri Sadono Mulyanto, Kamis (8/5/2025).
"Kabupaten Indragiri Hilir, Kampar, Rohul dan Dumai menjadi daerah dengan kasus kematian akibat DBD tertinggi di Riau," imbuhnya.
Selain itu, Dinas Kesehatan Riau juga melaporkan peningkatan signifikan jumlah kasus sejak awal tahun, dengan total lebih dari 1.471 kasus DBD yang tersebar di 12 kabupaten/kota.
Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala demam tinggi mendadak, nyeri otot, ruam, dan pendarahan ringan.
Baca juga: Video: Tutorial Membuat Alat Fogging Murah dan Efektif dari Kadiskes Riau, Bikinnya Gampang
“Kita harus bersinergi, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat untuk mengatasi wabah ini,” tegasnya.
Sri Sadono menyebut lonjakan ini sangat mengkhawatirkan.
Ia menyebut penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus dengue kini semakin masif, terutama akibat lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya.
“Dalam waktu empat bulan, sudah hampir 1.500 warga kita yang terjangkit DBD dan 17 di antara nya meninggal dunia. Ini harus menjadi perhatian serius semua pihak,” tegasnya.
Untuk mencegah penyebaran semakin meluas, Dinas Kesehatan telah mengambil berbagai langkah, salah satunya dengan mengaktifkan kembali peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di lingkungan rumah tangga.
Kader Jumantik diminta turun langsung ke lapangan untuk memastikan tidak ada tempat berkembang biak bagi nyamuk di rumah-rumah warga.
Baca juga: Payung Sekaki Kecamatan Terbanyak Kasus DBD di Kota Pekanbaru
“Kami mengandalkan peran aktif kader Jumantik yang memantau langsung jentik nyamuk di lingkungan warga. Mereka adalah garda terdepan dalam upaya pencegahan ini. Tanpa keterlibatan masyarakat, upaya kami tidak akan maksimal,” jelasnya.
Para kader Jumantik ini melakukan pemeriksaan berkala di tempat-tempat potensial penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan, hingga saluran air yang jarang dibersihkan.
Selain memantau, mereka juga memberikan edukasi langsung kepada warga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menerapkan gerakan 3M Plus: Menguras, Menutup, dan Mengubur barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, serta menambahkan langkah seperti menggunakan obat nyamuk atau kelambu.
Cegah DBD, Pemkab Kampar Akan Tambah Mesin Fogging untuk Daerah Endemis |
![]() |
---|
6 Orang Meninggal dari 179 Kasus DBD Yang Terjadi di Inhil Selama 2025, Status KLB Sudah Ditetapkan |
![]() |
---|
Cegah DBD Mulai dari Rumah, Jaga Kebersihan, Buang Barang Bekas |
![]() |
---|
Tercatat 176 Kasus DBD di Bengkalis dari Januari Hingga April 2025 |
![]() |
---|
17 Orang Meninggal Akibat Wabah DBD di Riau, Inhil Jadi Wilayah Terparah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.