Kasus DBD di Riau
17 Orang Meninggal Akibat Wabah DBD di Riau, Inhil Jadi Wilayah Terparah
Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Riau kini sangat mengkhawatirkan.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU – Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Riau kini sangat mengkhawatirkan.
Data Dinas Kesehatan Riau mencatat, dalam kurun waktu Januari hingga akhir April 2025, sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat penyakit yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini.
Dari total kasus kematian tersebut, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menjadi wilayah paling terdampak dengan 6 korban jiwa, disusul Kampar, Rokan Hulu (Rohul) dan Dumai masing-masing 3 orang.
Sementara itu Pekanbaru dan Siak masing-masing melaporkan 1 kasus kematian.
Tingginya angka kematian ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat maupun pemerintah.
Sebab, meskipun DBD merupakan penyakit musiman, jumlah korban tahun ini terbilang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Baca juga: Payung Sekaki Kecamatan Terbanyak Kasus DBD di Kota Pekanbaru
Kepala Dinas Kesehatan Riau, Sri Sadono Mulyanto, mengungkapkan bahwa peralihan cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau dan perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungan menjadi pemicu utama meluasnya wabah.
"Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air bersih. Selama musim hujan, banyak wadah seperti ban bekas, kaleng, dan tempat penampungan air yang tidak dikuras menjadi sarang nyamuk," katanya, Kamis (8/5/2025).
Selain itu, keterbatasan tenaga kesehatan dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga memperlambat upaya penanggulangan.
"Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tapi tidak memusnahkan jentik-jentiknya. Yang paling efektif adalah 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, plus menghindari gigitan nyamuk," tegasnya.
Selain itu, Pemprov juga memperkuat sistem kewaspadaan dini di puskesmas dan rumah sakit agar pasien DBD bisa segera ditangani sebelum kondisi memburuk.
Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala, serta munculnya bintik merah pada kulit.
"Jangan tunda sampai muncul gejala syok, seperti muntah terus-menerus, tangan dingin, atau gelisah. Penanganan terlambat bisa berakibat fatal," pesan Sri Sadono.
Sebagai informasi, sepanjang 2025, mulai dari Januari hingga akhir April 2025 Dinas Kesehatan Riau melaporkan peningkatan signifikan jumlah kasus sejak awal tahun, dengan total lebih dari 1.471 kasus DBD yang tersebar di 12 kabupaten/kota. (Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)
Cegah DBD, Pemkab Kampar Akan Tambah Mesin Fogging untuk Daerah Endemis |
![]() |
---|
6 Orang Meninggal dari 179 Kasus DBD Yang Terjadi di Inhil Selama 2025, Status KLB Sudah Ditetapkan |
![]() |
---|
Cegah DBD Mulai dari Rumah, Jaga Kebersihan, Buang Barang Bekas |
![]() |
---|
Tercatat 176 Kasus DBD di Bengkalis dari Januari Hingga April 2025 |
![]() |
---|
Kasus DBD di Riau Kian Mengkhawatirkan, 17 Korban Jiwa Dilaporkan Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.