Wisata Siak
Ingin Liburan Singkat Tapi Menyehatkan, Obatnya Datanglah ke Siak
Jika ingin liburan singkat yang benar-benar memberi ruang napas, datanglah ke Siak.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Matahari belum naik sepenuhnya ketika suara langkah kaki mulai terdengar di pelataran batu andesit depan Istana Siak Sri Indrapura, Kamis (29/5/2025).
Suara sepatu olahraga bersahut dengan tawa ringan para pelancong.
Maklum, hari ini adalah hari libur nasional, sehingga para pelancong berdatangan dari luar daerah.
Mereka datang mungkin untuk melihat sejarah, tapi mungkin juga untuk menjemput pagi yang sehat di sebuah kota yang kian cantik dengan sentuhan pusaka.
Siak kini bukan hanya tentang istana megah dan kisah Sultan Syarif Kasim II yang sudah banyak diulas Tribunpekanaru.com.
Untuk diketahui, kota kecil ini mulai menawarkan pengalaman baru, suasana heritage city yang hidup, hangat, dan sehat.
Jika Anda butuh liburan singkat sekaligus ingin menyegarkan badan dan jiwa, Siak kini bisa jadi jawabannya.
Pagi itu, Andra Pratama Zulva, mahasiswa UIN Suska Riau, berdiri terpukau.

Ia baru saja tiba dari Pekanbaru, ingin melihat langsung kabar tentang kawasan depan istana yang kini telah berubah.
Perubahan itu, menurutnya, bukan sembarangan. Ia menyebutnya sebagai Siak rasa kota tua.
“Saya kira ini cuma ditata ulang seperti biasanya. Tapi ternyata ini luar biasa. Rasanya seperti berjalan di antara masa lalu dan masa kini. Sentuhan kota tua yang tak kehilangan ruh sejarahnya,” ujar Andra, matanya menyapu susunan batu andesit yang membentang dari depan istana ke sisi kiri dan kanan lapangan Tugu.
Memang, kawasan ini kini telah berubah. Jalan aspal yang dulu sibuk oleh kendaraan bermotor kini telah diganti menjadi zona pedestrian yang ramah kaki.
Batu andesit abu kehijauan merekam jejak setiap langkah yang lewat.
Pada malam hari, cahaya lampu taman memantulkan warna kuning keemasan di atasnya, memberi nuansa hangat dan klasik.
Proyek penataan kawasan pusaka ini merupakan buah kerja panjang.
Dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp5 miliar, kawasan istana dan sekitarnya direvitalisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) lewat Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Riau.
Serah terima pengelolaannya kepada Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan Rakyat dan Permukiman (PU Tarukim) Kabupaten Siak dilakukan pada Desember 2024.
“Alhamdulillah, sudah serah terima aset dari BPPW Riau. Ini bentuk dukungan nyata Kementerian PUPR terhadap Siak sebagai kota pusaka,” ujar Plt Kepala Dinas PU Tarukim Siak, Junaidi.
Penataan ini tidak sekadar susunan batu andesit dan lampu taman. Penataan ini adalah sebuah gagasan besar tentang estetika, sejarah, dan arah masa depan.
“Semua konsep ini tak lepas dari ide Bapak Irving Kahar Arifin, kepala dinas sebelumnya. Beliau guru kami dalam pembangunan berkelanjutan,” tambah Junaidi.
Tak hanya di jantung kota, revitalisasi juga merambah ke kecamatan lain.
Sejak Siak ditetapkan sebagai bagian dari Jaringan Kota Pusaka Indonesia pada 2017, Kementerian PUPR secara konsisten mengalirkan dukungan anggaran.
Tangsi Belanda di Mempura adalah salah satu contohnya, direnovasi pada 2018.
Kini, pengunjung yang ingin menikmati kawasan Istana Siak tak perlu khawatir terganggu oleh lalu lintas kendaraan. Jalan di depan istana khusus untuk pejalan kaki.
Kendaraan dialihkan untuk parkir di lapangan samping, tepat di sekitar Gedung Kutab bekas sekolah yang didirikan Syarifah Latifah, sosok perempuan pelopor pendidikan di masa Kesultanan.
“Suasana seperti ini mengingatkan saya pada Jalan Braga di Bandung, atau Kota Tua di Semarang,” kata Junaidi sambil menunjuk seorang ibu muda yang tengah mendorong stroller bayinya di trotoar baru.
“Bedanya, ini di Siak. Di tanah Melayu. Dan ini warisan kita,” ujarnya lagi.
Kini, setiap pagi dan sore, kawasan ini ramai oleh para pelesir dan pelari.
Orang-orang datang untuk melihat istana, sekaligus untuk merasakan udara segar, menikmati teduhnya pohon-pohon rindang, dan sesekali menyapa penjual es tebu di sudut lapangan.
Siak memang tak punya mal mewah atau kafe dengan rooftop berlatar gedung pencakar langit. Tapi kota ini punya sesuatu yang jarang dimiliki kota besar, yaitu ketenangan.
Dalam keheningan yang diiringi denting sejarah, Siak menemukan identitas barunya.
Sebuah kota kecil yang tahu cara menjadi besar, bukan dengan melupakan masa lalu, tapi dengan merayakannya.
Jadi, jika ingin sehat, datanglah ke Siak.
Jika ingin liburan singkat yang benar-benar memberi ruang napas, datanglah ke Siak.
Karena di sini, sejarah tidak menjadi pajangan tapi dijalani, setiap hari, oleh orang-orang yang mencintainya. (tribunpekanbaru.com/mayonal putra)
Embung Terpadu Dayun, Dari Embung Karhutla Menjadi Desa Wisata Berkelanjutan |
![]() |
---|
Dari Sungai ke Langit, Merasakan Sensasi Lift Jembatan Siak Riau yang Mencuri Perhatian |
![]() |
---|
Makan Berhanyut dengan Cita Rasa Melayu di Tengah Arus Sungai Siak, Rp 125 Ribu per Orang |
![]() |
---|
Menikmati Makan Berhanyut di Sungai Siak Lewat Tradisi yang Kini Jadi Wisata Unggulan |
![]() |
---|
Skywalk Tengku Buwang Asmara di Siak, Lintasan Pertalian Masa Lalu dengan Masa Depan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.