Amuk Warga di Siak

Ribuan Warga Tumang Siak Mengamuk, Diminta PT SSL Kosongkan Lahan, Perusahaan Klaim Konsesi

Kampung Tumang, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, membara. Ribuan warga mengamuk ke PT Seraya Sumber Lestari (SSL), Rabu (11/6/2025).

|
Penulis: Mayonal Putra | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com /mayonal putra
DIBAKAR - Rumah karyawan dan mobil PT SSL di Siak dibakar ribuan warga, Rabu (11/6/2025). 

TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Kampung Tumang, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, membara. Ribuan warga mengamuk ke PT Seraya Sumber Lestari (SSL), Rabu (11/6/2025).

Empat mobil perusahaan hangus, sepeda motor menjadi rangka. Belasan bangunan, termasuk kantor dan mess karyawan dibakar warga.

As (42), satu diantara ribuan petani sawit yang mendapat surat untuk mengosongkan lahan yang telah ia tanami. 

“Kami tanam sawit dari nol, pakai utang, pakai tenaga sendiri. Baru panen beberapa kali, perusahaan suruh kami angkat kaki,” ucapnya, pelan.

Sepucuk Surat dan Sebidang Harapan

Beberapa hari sebelum peristiwa, surat dari PT SSL tiba di tangan warga. Dalam surat itu, perusahaan meminta masyarakat mengosongkan lahan yang mereka klaim sebagai bagian dari konsesi. Jika tidak, lahan tersebut akan dibabat dan ditanami akasia, bagian dari program hutan tanaman industri.

Lahan itu selama ini jadi sumber hidup warga. Seorang warga dominan mempunyai 2-5 hektar luasnya.

“Tanah kami dua hektare, kecil, tapi itu satu-satunya harapan buat keluarga,” ujar As. 

Banyak warga lain memiliki nasib serupa, bertahun-tahun menanam sawit di atas tanah yang mereka anggap sah. Beberapa bahkan mengantongi surat garapan dari kepala kampung, atau mewarisi lahan dari orang tua.

Namun PT SSL mengklaim konsesi mereka di Tumang mencakup 19.000 hektare, angka yang persis sama dengan luas keseluruhan kampung. Bagi warga, ini berarti semuanya bisa diklaim perusahaan, rumah, ladang, fasilitas umum, bahkan tanah kuburan.

“Kami merasa digusur, pelan-pelan, dengan surat, tanpa dialog, tanpa mediasi,” katanya. 

Kampung Tanpa Sinyal, Tanpa Jalan

Kampung Tumang adalah kampung di ujung kecamatan Siak, tak ada sinyal telepon, tak ada jaringan internet. Akses jalan satu-satunya adalah jalur tanah berlubang yang bisa membuat mobil ambulans pun menyerah. Ketika surat perusahaan datang, warga tidak punya banyak cara untuk membela diri. Tak ada media yang datang. Tak ada pejabat yang turun. Suara mereka seolah hilang di semak akasia yang ditanam perusahaan.

Tak ada pengeras suara atau orator kala massa bergerak. Aksi massa muncul nyaris spontan. Mereka bergerak, dan api bicara.

As: Kami Tidak Ingin Kekerasan

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved