Berita Viral

NASIB Oknum Dokter di Luwu yang Diduga Lecehkan Gadis 17 tahun, Modus Bawakan Coklat padahal Mesum

Sengaja bawa coklat seolah-olah berikan perhatian, ternyata itu hanyalah modus oknum dokter lakukan pelecehan pada korban yang masih gadis

Editor: Budi Rahmat
Freepik
DUGAAN PELECEHAN- Nasib dokter di Luwu yang diduga lecehkan gadis 17 tahun 

Setelah kasus ini mencuat, sejumlah pasien mulai buka suara dan mengungkap pengalaman mereka saat menjalani proses aborsi di rumah tersebut.

Baca juga: Jemaah Lain Menunggu, 3053 Jemaah Haji Khusus bisa ke Tanah Suci, Harusnya Mereka Antri hingga 2031

Salah satu pasien, Bunga (nama samaran) seorang perempuan berusia 28 tahun mengaku memilih melakukan aborsi karena belum siap memiliki anak. 

Ia sempat berkonsultasi dengan dokter, namun ditolak karena usia kandungannya sudah memasuki fase pembentukan janin.

“Setelah ditolak, saya coba cari-cari informasi tempat aborsi di Sorong. Akhirnya saya dengar soal praktik bidan DF alias Defi di Kilometer 7,” ujar Bunga kepada TribunSorong.com, Selasa (24/6/2025).

Bunga mengaku datang langsung ke rumah praktik tersebut bersama seorang temannya. 

Sesampainya di sana, ia langsung diarahkan ke sebuah kamar di bagian depan rumah, tempat proses kuret dilakukan oleh bidan Defi.

“Alat dimasukkan ke organ saya, dan saat janin keluar rasanya sakit sekali,” kenangnya.

Selama melakukan praktik ilegal tersebut, bidan Defi dibantu oleh seorang asisten berinisial DS alias Desi. 

Ketika ditanya terkait izin praktik dan dokumen medis, bidan Defi mengaku semua dokumennya sudah hanyut dan tidak tersisa.

“Dari pengakuannya, ia sudah menangani lebih dari 120 pasien, tapi katanya dia lupa siapa saja,” ujar Bunga.

Menurut pengakuan Defi kepada para pasien, kebanyakan perempuan yang datang untuk aborsi adalah mahasiswi, petugas medis, ibu rumah tangga, hingga pegawai negeri. 

Mereka umumnya menjadi korban pergaulan bebas dan tidak mendapat tanggung jawab dari pasangan laki-laki.

Anggrek (nama samaran), pasien lain berusia 30 tahun juga mengaku menjalani aborsi di tempat tersebut. 

Sebelum dikuret, ia sempat diberi obat-obatan berdosis tinggi.

“Minum obat itu rasanya sakit setengah mati. Setelah itu baru dikuret pakai alat cocor bebek. Sakitnya luar biasa,” katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved