Pendangkalan Sungai Anak Serka Inhil, Warga Berjam-Jam Tunggu Air Pasang untuk Bawa Hasil Kebun

Butuh berjam – jam bagi petani untuk membawa hasil kebunnya keluar desa karena menunggu air sungai pasang besar agar perahu mereka bisa keluar.

Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: M Iqbal
Foto/dokkadeskelumpang
PENDANGKALAN - Warga Desa Kelumpang kesulitan melewati Sungai Anak Serka karena sampah yang menyebabkan pendangkalan setelah tidak ada normalisasi. 


Sejak saat itu juga tidak pernah dinormalisasi sehingga menyebabkan warga tidak dapat beraktivitas dengan lancar melalui sungai tersebut.


“Pendangkalan dan penyempitan sungai ini disebabkan masuknya sampah pohon nipah dan rumput yang tebal, serta sampah-sampah lainnya yang menumpuk apalagi di musim kemarau ini,” ujar Hasbi terpisah.


Lebih lanjut Kepala Desa Kelumpang Bambang menyoroti aktifitas perusahaan yang beroperasi di sekitar desa tersebut yang dinilainya tidak memiliki andil besar terhadap persoalan ini.


Menurutnya terdapat dua perusahaan di Kecamatan GAS yang juga mengakses Sungai Anak Serka ini, yaitu PT. Bina Duta Laksana (BDL) akasia group dari RAPP dan PT Citra Palma Kencana (CPK) sawit group Surya Dumai.


“Didesa Rambaian tepatnya perusahaan ini, Kelumpang sepadannya. Sungai ini merupakan fasilitas jalan utama air perusahaan tersebut, dan mereka bongkar muat hasil sawit dan material bangunan di jalur sungai ini,” ujar Bambang.


Selain itu sungai yang semakin dangkal dan sempit juga karena kanal-kanal PT. CPK semua menembus ke sungai induk dan belum lagi air yang sudah tercemar akibat sisa buah yang berjatuhan, sisa pupuk dan sebagainya.


“Aktifitas ini mengakibatkan air sungai tidak lagi bisa di pergunakan masyarakat sebagaimana mestinya. Kita ingat dulu zaman sebelum perusahaan masuk, sungai kita air nya bersih tidak pernah dangkal dan buntu, ikan banyak semua akses sungai bagus,” beber Bambang.


Bambang pun mengaku sedih melihat kondisi sungai dan desa saat ini, apalagi pihak perusahaan tidak melakukan upaya penyelamatan sungai anak serka yang juga mereka gunakan untuk kelancaran operasional perusahaan.


“Sedih melihat gini, padahal sudah kami sudah ajukan permohonan proposal dan segala macam, tapi belum ada respon,” keluhnya.


Bukannya tanpa usaha, warga 4 desa dan kelurahan ini sudah sering melakukan gotong royong, namun pemerintah Kabupaten atau Provinsi harus turun tangan membantu untuk hasil lebih maksimal.


Jika tidak secepatnya dilakukan, Kades Idaman Risno menambahkan, maka sungai yang menjadi jalur utama warga untuk mengeluarkan hasil pertanian ini bisa terancam buntu atau tidak dapat digunakan.


“Tidak lama lagi sungai ini tidak bisa kami gunakan jika pemerintah tidak melakukan normalisasi terhadap Sungai Anak Serka sehingga bisa memudahkan warga desa di Kecamatan GAS,” pungkasnya.


Kondisi geografis yang didominasi rawa dan hutan nipah menjadikan sungai-sungai di daerah ini sangat rentan tertutup sedimentasi dan sampah organik.


Selain faktor alam, kurangnya program normalisasi rutin dari pemerintah menjadi penyebab utama terganggunya mobilitas masyarakat.


Persoalan ini harus segera ditangani karena berdampak pada ekonomi lokal serta dikhawatirkan menyumbang pada masalah sosial dan ketimpangan pembangunan antarwilayah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved