Wisata Siak
Makan Berhanyut dengan Cita Rasa Melayu di Tengah Arus Sungai Siak, Rp 125 Ribu per Orang
Makan berhanyut, wisata kuliner di atas perahu sambil menyusuri Sungai Siak yang kini menjadi salah satu magnet baru
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Theo Rizky
Suasana yang Menghidupkan Romantika Lama
Perjalanan kuliner ini tidak sekadar menyantap makanan.
Rute perahu akan membawa tamu menyusuri bagian tengah Kota Siak, melewati sejumlah ikon sejarah dan budaya, seperti Tangsi Belanda, Masjid Syahabuddin, Makam Sultan Syarif Kasim II, Skywalk Tengku Buwang Asmara, dan berakhir di bawah lengkung megah Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.
Sepanjang perjalanan, pemandu akan menceritakan sejarah setiap titik, mulai dari kisah kerajaan Siak hingga perubahan wajah kota pascarevolusi industri sawit.
Di beberapa titik, perahu melambat, memberi kesempatan wisatawan mengambil gambar dan menikmati panorama.
Suasana makan di atas perahu pun terasa intim dan tenang.
Musik Melayu klasik yang diputar lembut berpadu dengan suara dayung dan burung air di kejauhan.
Banyak wisatawan memilih sesi sore untuk menikmati matahari terbenam yang memantul di permukaan sungai.
Baca juga: Wajib Coba Bila ke Siak, Naik ke Puncak Jembatan Pakai Lift dari Pylon Luar, Pertama di Indonesia
Didukung Penuh Pemerintah dan DPR RI
Upaya pengembangan wisata ini tak hanya datang dari komunitas lokal, tapi juga mendapat perhatian pemerintah daerah hingga pusat.
Anggota Komisi VII DPR RI, Hendri Munief, dalam kunjungannya ke lokasi beberapa waktu lalu menyebut konsep makan berhanyut sebagai bentuk inovasi luar biasa dalam pengembangan pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.
“Wisata ini punya daya jual tinggi. Pengalaman yang ditawarkan tidak bisa diduplikasi di tempat lain. Ini yang membuat saya yakin, makan berhanyut bisa menjadi ikon baru untuk mendorong Siak masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,” kata Hendri.
Pemerintah Kabupaten Siak melalui Dinas Pariwisata kini tengah menyusun dokumen pengajuan agar kawasan wisata ini mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kepala Dinas Pariwisata, Eko Haryanto, menyebut bahwa wisata makan berhanyut adalah contoh konkret sinergi antara masyarakat lokal dan pemerintah dalam membangun pariwisata berkelanjutan.
Dalam jangka panjang, usaha ini diharapkan dapat menghidupkan kembali ekonomi kampung-kampung pesisir Sungai Siak. Selain membuka lapangan kerja, juga memperkuat identitas budaya dan menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap warisan leluhur mereka.
“Semoga dengan adanya wisata ini, anak-anak muda di kampung kami tidak malu lagi jadi nelayan, jadi juru masak tradisional, atau jadi pemandu wisata,” ucap Farah dengan mata berbinar.
Wisata makan berhanyut memang bukan sekadar santapan kuliner di atas sungai. Tetapi upaya menyulam kembali benang-benang sejarah, budaya, dan ekonomi masyarakat Siak dalam satu perjalanan yang menggugah seluruh indera.
(Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra)
Embung Terpadu Dayun, Dari Embung Karhutla Menjadi Desa Wisata Berkelanjutan |
![]() |
---|
Dari Sungai ke Langit, Merasakan Sensasi Lift Jembatan Siak Riau yang Mencuri Perhatian |
![]() |
---|
Ingin Liburan Singkat Tapi Menyehatkan, Obatnya Datanglah ke Siak |
![]() |
---|
Menikmati Makan Berhanyut di Sungai Siak Lewat Tradisi yang Kini Jadi Wisata Unggulan |
![]() |
---|
Skywalk Tengku Buwang Asmara di Siak, Lintasan Pertalian Masa Lalu dengan Masa Depan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.