Mahkota Sultan Siak Kembali ke Riau

Selain Mahkota, Ini Dua Benda Pusaka Sultan Siak yang Akan Dibawa ke Riau Sore Ini

Dibuat pada abad ke-19, Mahkota Kesultanan Siak adalah simbol kejayaan kerajaan Melayu yang megah.

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Theo Rizky
Foto/Museum Nasional Indonesia
KEMBALI KE RIAU - Mahkota Sultan Siak Sri Indrapura akan kembali menginjak bumi Riau, setelah lebih dari delapan dekade tersimpan di Museum Nasional, Jakarta. 

"Kami berharap pameran ini menjadi momentum memperkuat kembali jati diri budaya Melayu, serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan menghargai sejarah," katanya.

Sebagaimana diketahui, Mahkota Sultan Siak Sri Indrapura adalah salah satu simbol paling megah dari kejayaan Kesultanan Siak di Riau, Indonesia. 

Sejarah dan Makna Mahkota

  • Mahkota ini dikenakan oleh Sultan Siak sebagai lambang kekuasaan, kemuliaan, dan legitimasi kerajaan.
  • Dibuat pada abad ke-19, mahkota ini menjadi simbol warisan budaya Melayu yang sangat berharga.
  • Pada tahun 1945, Sultan Syarif Kasim II menyerahkan mahkota ini kepada Pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia2.

Bahan dan Desain Artistik

  • Terbuat dari emas murni seberat 1.803,3 gram.
  • Dihiasi berlian, rubi, zamrud, dan mutiara.
  • Ukuran: diameter 33 cm, tinggi 27 cm.
  • Menggunakan teknik filigree (kerawang), yaitu motif sulur dan bunga yang dibuat dari kawat emas tipis yang dipilin dan disatukan secara manual3.
  • Di bagian kening terdapat inskripsi Arab bertuliskan “mahkota emas”.

Status dan Lokasi

  • Mahkota ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 248/M/2013.
  • Selama lebih dari 80 tahun, mahkota disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
  • Pada Agustus 2025, mahkota dibawa kembali ke Riau untuk dipamerkan dalam rangka Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau.

Nilai dan Keistimewaan

Diperkirakan bernilai lebih dari Rp1 triliun karena bahan dan nilai sejarahnya.

Mahkota ini bukan sekadar benda, melainkan lambang marwah dan jati diri masyarakat Melayu Riau.

(Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved