TRIBUNPEKANBARU.COM,PEKANBARU-Seorang anak di Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru menjadi korban Demam Berdarah Dengue (DBD). Ia meninggal usia dalam usia yang masih dini.
Informasj Tribun, anak lelaki berusia enam tahun meninggal dunia pekan lalu. Ada dugaan pasien DBD yang masih belia itu terlambat memperoleh penanganan medis.
Anak itu ternyata sudah empat hari menderita DBD. Ia baru dibawa ke rumah sakit setelah kondisinya cukup parah. Sayang, satu hari dirawat anak tersebut dipanggil sang pencipta.
Ada dugaan pasien DBD ini meninggal karena kelalaian orangtuanya. Mereka diduga terlambat membawa pasien untuk dapat perawatan medis di rumah sakit.
Baca: Hasil Real Count Sementara KPU, di Riau Paslon 01 Tertinggal, Prabowo-Sandi Unggul di 10 Kabupaten
Baca: BAWASLU Riau: Jangan Jadikan Data Website KPU Jadi Pedoman, KPU Bantah CURANG Tapi Akui SALAH Input
Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru hingga pekan ke -15 di tahun 2019, kasus DBD terbanyak ada di Kecamatan Sukajadi. Jumlah kasus DBD di kecamatan itu capai 28 kasus. Satu anak meninggal dalam kasus DBD itu.
Dua kecamatan lainnya yang cukup banyak kasus DBD ada di Kecamatan Tampan dan Kecamatan Payung Sekaki.
Total ada 22 kasus DBD di tiap kecamatan itu.
Kecamatan lainnya yang cukup tinggi kasus DBD adalah Kecamatan Marpoyan Damai. 21 kasus DBD ditemukan di kawadan itu.
Kasus DBD tercatat secara merata di seluruh kecamatan. Ada kasus DBD di 12 kecamatan. Jumlahnya mencapai 166 kasus.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Indra Pomi Nasution pun angkat bicara terkait kondisi kasus DBD di Kota Pekanbaru.
Baca: HASIL Real Count Pilpres 2019 di Siak RIAU Berdasarkan C1, JOKOWI Kalah dan PRABOWO Menang
Baca: Suara Paslon 02 dari 141 Menjadi 41, KPU Dumai Akui Salah Input Data TPS 10 Kelurahan Laksamana
Ia mengimbau agar orangtua waspada terhadap anaknya yang menderita DBD.
"Mereka harus mendapat penanganan medis secara cepat. Jangan sampai terlambat ditangani di pusat layanan medis, baik rumah sakit atau puskesmas," terang Indra kepada Tribun, Jum'at (19/4/2019).
Menurutnya, kasus DBD di Pekanbaru cendrung mengalami peningkatan. Kondisi ini terlihat dalam 15 pekan ini. Jumlah kasus DBD terbanyak ada pada pekan ke-5.
Saat itu jumlah kasus DBD sempat mencapai 22 kasus.
Ada lonjakan signifikan dibanding pekan ke-4 yang cuma empat kasus.
Kasus DBD pun terus fluktuatif setiap pekannya sejak awal tahun 2019.
Ada peningkatan kasus pada pekan ke-15. Jumlah kasus DBD capai 14 kasus.
Baca: Hasil Penghitungan Suara di TPS Tempat Gubri Syamsuar Nyoblos, Pasangan Capres Prabowo-Sandi Unggul
Baca: Caleg PDIP di Tasikmalaya Meninggal Dunia, Serangan Jantung Saat Tahu Tak Terpilih di Pemilu 2019
Sedangkan pekan sebelumnya cuma 10 kasus DBD. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Maisel Fidayesi menyebut bahwa dinas melakukan pengasapan di sejumlah kawasan yang terdapat kasus DBD.
"Kami dari dinas terus melakukan fogging untuk daerah yang sudah ada kasus berdasarkan data pihak puskesmas. Sembari melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan," paparnya.
Maisel mengajak agar masyarakat mencegah penyakit DBD dengan 3 M yakni menguras bak penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur barang bekas.
Lalu melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Masyarakat harus mewaspadai genangan air yang ada di bak kamar mandi, penampungan air, air pembuangan kulkas, pot bunga hingga dispenser air minum. Begitu juga barang bekas di sekitar rumah yang bisa jadi tempat air menggenang.
Mereka juga harus memastikan tidak ada jentik nyamuk di rumah dan sekitarnya. Sebab adanya jentik nyamuk berpotensi berkembang jadi nyamuk Aedes Aegypti yang jadi penyebab DBD. (Tribunpekanbaru.com/Fernando Sikumbang)