Kematian Siswa SMP di Deli Serdang

'Saya Dibilang Pembunuh' Guru yang Hukum Siswa 100 Kali Squat Jump lalu Tewas Mengaku Diteror

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selli Winda, Guru Agama Kristen Diduga Hukum RSS Squat Jump 100 Kali Sebelum Meninggal

Setelah mendapat kabar kematian Rindu, Seli merasa syok.

Dia juga mendapat berbagai teror lewat pesan WhatsApp. 

"Syok karena satu sisi murid lain melabelkan guru penyebab meninggal (Rindu). Lalu diteror WA orang tidak dikenal. Banyak yang WA saya (bilang) pembunuh, harus tanggung jawab," ungkapnya. 

Seli mengaku sempat ikut melayat ke rumah duka bersama guru dan kepala sekolah.

Baca juga: Pakai Air dan Asap, Guru Ngaji Lancarkan Aksi: Para Murid Terbangun dalam Keadaan Tak Berbusana

Baca juga: VIRAL Wanita Cantik Begal Driver Online di Surabaya: Alasan Maria Sungguh Bikin Geram

 Tetapi, dirinya tak diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh kerabat korban. 

"Saya datang melayat tapi tidak dibolehkan masuk sama salah satu keluarga korban. Ditahan di luar tidak dibolehkan masuk," katanya. 

Sementara Kepala Ombudsman Sumut James Panggabean menyampaikan bahwa Rindu merupakan anak yang baik. 

Selain belajar, setiap hari Rindu mengangkut pakan ternak untuk membantu ekonomi keluarganya.

"Anak itu selain pelajar juga pekerja angkat pakan ternak keluarganya, bisa dibilang tulang punggung. Secara fisik pasti ngaruh. Soal kematiannya kita menunggu forensik," kata James.

Ombudsman juga mempertanyakan kebijakan sekolah tentang squat jump yang menjadi cara hukuman terhadap siswa. Menurut pihak SMPN 1 STM Hilir, kata James, tidak diperbolehkan hukuman bersifat fisik kepada anak didik.

"Pertama mereka akui kesalahan itu. Lalu peran kepala sekolah kurang pengawasan. Ketiga guru BK, anak ini bukan sekali gak kerjakan tugas, harusnya BK masuk membimbing dan konsuling apa yang jadi beban anak dan kendala mengerjakan tugas sekolah, karena antar pakan pakai pundak dan becak ke tempat orang," kata James. 

Terpisah, Eka br Barus yang merupakan rekan kerja sesama guru di SMP 1 STM Hilir, menuturkan, sampai saat ini Seli masih sering menangis karena tidak menyangka kejadiannya berakhir seperti ini.

"Saya masih sering komunikasi. Syok dia sampai sekarang. Nangis juga kalau cerita sama saya. Kenapa bisa jadi begini katanya," ucap Eka ditemui di sekolah, Selasa. 

Guru Bahasa Indonesia ini menilai Seli memiliki karakter yang baik. 

Sepengetahuannya, Seli bukanlah guru yang galak, bahkan jika berbicara cenderung lembut. Di lingkungan sekolah juga selalu happy. 

Halaman
1234

Berita Terkini