Salah satu korban penganiayaan, Rofikar Sanjaya Tarigan, 18 tahun, mengatakan kejadian begitu mencekam.
Saat itu dirinya baru keluar rumah hendak membeli rokok ke warung, tiba-tiba melihat segerombolan orang datang ke kampungnya.
Melihat situasi memanas karena gerombolan pria berambut cepak membawa senjata tajam berbagai jenis, ia melarikan diri ke rumah neneknya.
Rupanya, dia dikejar sekitar puluhan orang hingga merangsek masuk ke rumah neneknya.
Awalnya, orang tak dikenal itu menanyakan keberadaan yang disebut adiknya. Kemudian Rofikar mengaku tak mengetahui orang yang disebut.
Ternyata, puluhan orang mendobrak pintu dan langsung menyeretnya keluar dari rumah sambil menghajarnya.
Rofikar mengatakan dirinya dipukuli menggunakan berbagai jenis benda tumpul. Bahkan, tangan kanannya dihantam menggunakan gagang pistol.
"Saya keluar dari rumah mau membeli rokok, rupanya melihat keramaian masuk ke gang atau perkampungan. Setelah itu saya lari ke rumah nenek saya," ungkapnya.
"Di situ pintu didobrak dan mereka menanyakan keberadaan Andre Ginting. Setelah itu saya buka pintu, saya diseret keluar dan saya dipukuli," sambungnya.
Setelah diseret dan dipukuli, pria berusia 18 tahun ini dibawa ke Batalyon Armed 2/105 Kilap Sumagan. Di sini dia diperlakukan seperti penjahat. "Saya mengalami luka kepala bocor, punggung dan tangan memar dihantam pakai pistol," katanya.
Sabtu siang, sekira pukul 13:30 WIB, suasana kembali memanas ketika ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru beramai-ramai membawa mayat Raden Barus (60), korban tewas ke Batalyon Armed 2/105 KS.
Awalnya warga berkumpul di rumah duka korban di Dusun IV, Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang sejak pagi menunggu jenazah korban tiba usai diautopsi.
Setibanya mobil ambulan, warga langsung bergerak beramai-ramai membawa mobil ambulan berisi mayat korban ke Batalyon Armed.
Mobil ambulan dikemudikan sopir dan diisi keluarga melaju pelan-pelan, diikuti warga yang berjalan kaki, juga menaiki sepeda motor dari belakang.
Sambil berjalan menuju Armed, warga terus berteriak menuntut keadilan. Di tengah perjalanan, situasi sempat memanas karena mereka sempat dihalang-halangi personel TNI berseragam lengkap hingga mobil ambulans mogok.