TRIBUNPEKANBARU.COM, BENGKALIS - Banyak pilihan wisata kuliner yang tersaji di Kabupaten Bengkalis. Satu diantaranya adalah ngopi sembari menikmati penganan yang beragam di kedai kopi yang banyak tersedia. Bagi kamu yang datang ke Kota Bengkalis, tak lengkap rasanya jika tak singgah di kedai kopi.
Bagi warga kota Bengkalis tentu tak asing dengan kebiasaan ngopi. Menikmati secanggir kopi sambil berbincang dengan kolega, teman dan rekan kerja sudah menjadi kebiasaan masyarakat di pesisir Riau.
Tidak hanya saat pagi bahkan selepas subuh pun sebagian masyarakat kota Bengkalis sudah nongkrong di kedai kopi. Satu diantara kedai kopi yang aktif menjual kopi sedari subuh hari berada di jalan Sudirman Bengkalis.
Kedai kopi Yogjakarta namanya, berdiri di deretan ruko jalan Sudirman kota Bengkalis, tepatnya sekitaran pasar Sukaramai, bangunan dua lantai ini sudah telihat terang begitu melintas sehabis subuh.
Letaknya pun tak jauh dari masjid raya istiqomah Bengkalis.
Dinding kedai kopi berlapis keramik putih, begitu terang terkena pantulan cahaya lampu. Meja meja yang tersedia semuanya terbuat dari marmar putih menambah elegan tampilan kedai ini.
Meskipun masih bernuansa klasik kedai kopi ini tetap eksis dan selalu ramai pengunjung setiap harinya. Semua kalangan bisa terlihat duduk ngopi santai di kedai kopi ini.
Tak tampak perbedaan kelas masyarakat saat duduk di kedai kopi ini. Semua kalangan terlihat sama dan saling membaur. Suasana bising khas perbincangan kedai kopi tak terelakkan saat duduk di sini.
Fiandy generasi ketiga dari pemilik kedai kopi Jogja mengakui kedai kopi ini sudah berdiri sejak tahun 1960 lalu. Kakeknya bernama Leiguan mendirikan kedai kopi ini.
Awalnya tak berdiri di tempat sekarang, tetapi di Jalan Yos Sudarso tepat di belakang ruko kedai saat ini. Usaha kedai kopinya diberi nama Kedai Kopi Leiguan diambil dari namanya sendiri.
Namun beberapa tahun berdiri nama tersebut terpaksa diubah, karena pada masa pemerintahan Presiden Suharto ada larangan menggunakan nama china.
"Dulukan sempat ada larangan menggunakan nama dan bahasa china, jadi diubahlah dengan nama Yogjakarta, tak ada makna yang khusus sebenarnya dari nama ini, masa itu memang banyak kedai kedai mengambil nama kota," ceritanya.
Sebelum membuka kedai kopi, kakeknya memulai usaha dengan berjualan es campur. Usaha ini cukup berkembang dan hasilnya ternyata cukup untuk menyewa tempat usaha yang lebih besar.
"Itulah awalnya kakek sewa bangunan yang ada di Jalan Yos Sudarso, dulu di sana masih kayu dan masih sewa. Saat membuka kedai kopi, sang kakek dibantu adiknya yang pandai memasak dan pernah belajar masak di Singapura," terangnya.
Cerita persisnya saat itu Fiandy tak begitu tahu, karena memang belum lahir dan ayahnya Carnidus Hardi generasi kedua yang meneruskan usaha kakeknya sudah meninggal, tak banyak bercerita perjuangan sang kakek diawal awal usaha.