Berita Nasional
Menkeu Purbaya Kembali Jadi Sorotan: Sentil Bank yang Tolak Anggaran Rp 200 Triliun
Seperti Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing mendapat jatah Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun.
Hal itu disebutkan Purbaya bisa mendorong adanya transaksi maupun peminjaman di perbankan.
"Yang jelas, cost of money turun. Jadi yang punya uang, tidak ragu untuk belanjain. Yang mau pinjam ke bank, tidak ragu untuk pinjam," pungkasnya.
Peluang Menambah Guyuran Dana
Dalam kesempatan berbeda, Purbaya Yudhi Sadewa bicara soal kemungkinan Kemenkeu menambah guyuran dana untuk perbankan.
Ia mengatakan, jika guyuran dana Rp200 triliun di perbankan berdampak positif bagi ekonomi tanah air, tidak menutup kemungkinan akan ditambah alokasi anggarannya.
"Percobaan pertama, taruh segitu dulu dan kita lihat dalam waktu seminggu, dua minggu, tiga minggu seperti apa dampaknya ke ekonomi. Kalau kurang tambah lagi," ujar Purbaya di Kompleks Parlemen DPR RI, Kamis (11/9/2025).
Purbaya menyebut pemerintah memiliki dana mengendap di Bank Indonesia (BI) sebesar Rp440 triliun.
Sehingga, kata dia, menambah guyuran dana untuk perbankan, bukan menjadi masalah.
"Nanti kalau kurang kita bisa tambah lagi kan uang kita tambah terus kan, masuk ada pajak segala macem masuk lagi ke sistem," tutur Purbaya.
Pengamat: Indonesia Makin Berisiko
Menanggapi kebijakan Purbaya Yudhi Sadewa soal guyuran dana Rp200 triliun untuk perbankan, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics & Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, menilai hal tersebut bisa membuat Indonesia berada dalam posisi rentan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Sebab, secara manajemen kas, Saldo Anggaran Lebih (SAL) di BI yang disalurkan Purbaya ke perbankan, nominalnya relatif kecil.
Padahal, kata Rizal, kebutuhan rutin bulanan pemerintah bisa mencapai ratusan triliun, khususnya belanja wajib seperti pembayaran gaji aparatur sipil negara (ASN), pembayaran bunga surat berharga negara (SBN), hingga transfer ke daerah (TKD).
Sehingga, Rizal menyampaikan, sisa SAL baru aman ketika dana Rp200 triliun yang ditempatkan di bank Himbara benar-benar likuid dan dapat segera ditarik ketika dibutuhkan.
"Jika tidak, maka posisi kas pemerintah rentan terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan volatilitas pasar keuangan," jelasnya, Minggu (14/9/2025).
'Jangan Asal Ledek Jokowi, Belajar Ekonomi Lagi', Kritik Pedas Menkeu Purbaya ke Rocky Gerung |
![]() |
---|
Pemerintah Rilis 17 Paket Ekonomi: Klaim Buka Lapangan Kerja, Serap 3 Juta Pekerja |
![]() |
---|
KPU Larang Masyarakat Akses Dokumen Ijazah Capres-Cawapres, Komisi II: Lamar Kerja Aja Pakai CV |
![]() |
---|
Digugat Rp 125 Triliun, Sidang Gugatan Ijazah Gibran Ditunda Lagi Gegara Lupa Bawa FC KTP |
![]() |
---|
16.000 Koperasi 'Merah Putih' Diguyur Dana Segar, Dapat Rp 3 Miliar Per Koperasi dari Himbara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.