Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Antusias Bank Jatah dengan Keberhasilan Bioavtur: Siap Berkolaborasi Demi Hilirisasi Energi

Untuk menambah jumlah nasabah, Bank Jatah tahun ini meluncurkan program affiliate. Skema ini menawarkan komisi tambahan

|
tribunpekanbaru/firmaulisihaloho
BANK JATAH: Habibi, Direktur Utama Bank Jatah sedang memindahkan jerigen berisikan minyak jelantah yang dikumpulkan dari rumah-rumah warga. 

Semangat Warga Menabung Minyak Jelantah

Samsinar menjadi nasabah Bank Jatah sejak 2021. Bermula dari mengumpulkan minyak jelantah dari dapurnya sendiri, kini ia berkembang menjadi salah satu unit bisnis di lingkungannya. 

Ia menampung minyak jelantah dari tujuh warga sekitar. Setiap kali petugas datang menjemput, tak kurang dari 50 kilogram minyak jelantah ia serahkan.

Warga Kelurahan Lembah Damai ini mengaku sangat terbantu dengan kehadiran Bank Jatah. Menurutnya, program ini tidak hanya memberi tambahan penghasilan bagi para ibu rumah tangga, tetapi juga menjadi cara sederhana dalam menjaga lingkungan.

“Dulu, saya sering membuang minyak jelantah sembarangan. Kadang ke parit, kadang langsung ke tanah, tanpa tahu kalau itu berisiko. Sekarang dengan adanya Bank Jatah, kami jadi sadar. Setidaknya dengan cara sederhana ini, kami juga ikut menyelamatkan bumi,” tegasnya.

Senada dengan Samsinar, Wella juga menunjukkan antusiasme saat bercerita kepada tribunpekanbaru.com tentang pengalamannya menjadi nasabah Bank Jatah sejak tahun lalu. 

Berawal dari kegiatan sosialisasi Bank Jatah di sekolah anaknya, ia kini gencar mengajak para ibu rumah tangga lain untuk menabung minyak jelantah setiap hari.

Kini, Wella berkembang menjadi salah satu unit bisnis aktif dengan anggota mencapai 60 nasabah. Setiap kali melakukan penyetoran, total minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan bisa mencapai 100 kilogram

Menurutnya, kehadiran Bank Jatah memberikan manfaat bagi para ibu rumah tangga. Hasil penjualan minyak jelantah bisa menambah kebutuhan belanja harian. Padahal, sumbernya berasal dari sesuatu yang dulu dianggap tak berguna lalu dibuang begitu saja ke tempat sampah.

“Saya setiap kali bertemu orang baru, pasti bercerita tentang ini. Sekarang anak saya baru masuk klub sepak bola, tentu saya akan bertemu dengan ibu-ibu yang baru. Nah, rencananya saya mau mengedukasi mereka tentang Bank Jatah, siapa tahu berminat menabung minyak jelantah,” katanya penuh antusias.

Saatnya Berdikari dan Berkolaborasi

Di tengah rutinitasnya setiap hari mengumpulkan minyak jelantah dari satu rumah ke rumah lainnya, Habibi kerap terpikir satu hal. Bahwa sudah saatnya pemerintah lebih serius dalam mengelola dan mengelola sendiri minyak jelantah.

“Selama ini kami hanya bisa mengikuti harga yang ditentukan pihak luar. Bahkan proses pengolahannya pun masih dilakukan di luar negeri. Padahal, kita punya kemampuan untuk mengelolanya sendiri. Karena itu, saya rasa sudah saatnya kita berdikari,” tuturnya.

Menurutnya, pengembangan bioavtur yang tengah dilakukan saat ini bisa menjadi pintu masuk bagi pengelolaan minyak jelantah yang lebih optimal di masa mendatang. Apalagi Riset Traction Energy Asia memperkirakan setiap tahunnya rumah tangga Indonesia membuang sedikitnya 1,2 juta kiloliter minyak goreng bekas.

Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Pemerintah Kota Pekanbaru menunjukkan jumlah KK hingga November 2024 mencapai 87.313 KK. Dengan asumsi satu KK menghasilkan rata-rata 3 liter minyak goreng bekas, maka setiap bulannya ada sekitar 261 ribu liter minyak jelantah yang dihasilkan atau setara 240 ton.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved