Menelusuri Visi MIND ID yang Global dan Berkelanjutan di Pelabuhan Tarahan PTBA
Sehingga keberlanjutan bagi anggota MIND ID bukan hanya sebagai inisiatif tambahan, melainkan prinsip utama dalam strategi bisnis
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Tim Monitoring Lingkungan Tarahan Port, Taty Silvia menjelaskan PTBA berkomitmen kuat untuk menekan jejak emisi karbon dalam setiap aktivitas operasionalnya.
Beragam inovasi telah dijalankan, seperti modifikasi sistem operasional yang semula menggunakan tenaga hidrolik menjadi berbasis listrik. Perubahan ini efektif dalam mengurangi konsumsi oli dan sekaligus mendukung efisiensi energi yang lebih ramah lingkungan.
“Komitmen kami terhadap keberlanjutan bukan hal baru, karena sudah dimulai sejak 2013. Saat itu, kawasan ini sangatlah gersang. Tanahnya hasil timbunan sehingga keras dan tandus, hingga tanaman sulit tumbuh,” ujarnya kepada awak media.
Setelah melalui berbagai uji coba, Unit Tarahan akhirnya menemukan solusi yang tak terduga. Tanaman bambu ternyata mampu beradaptasi dengan baik di lahan tersebut, bahkan memiliki ketahanan alami terhadap paparan air laut.
“Penanaman berbagai jenis bambu mulai kita gencarkan pada tahun 2014 di sekitar area pelabuhan hingga menjadi zona penyangga (bumper zone),” sambungnya.
Inisiatif tersebut berbuah apresiasi. Pada 2018, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menganugerahkan penghargaan kepada PTBA atas rekor “Penanaman Bambu pada Ketinggian 2–5 mdpl di Pinggir Pantai dengan Jenis Terbanyak.”
Tidak hanya itu, tanaman bambu ini juga ternyata berdampak ganda. Dari sisi lingkungan, rumpun bambu mampu menahan hembusan angin laut sekaligus mengurangi sebaran debu batubara.
Akar bambu yang kuat turut meningkatkan penyerapan air hujan dalam jumlah besar, sehingga pasokan air tanah untuk operasional Unit Pelabuhan Tarahan ikut meningkat.
Tanaman ini selanjutnya turut berdampak terhadap ekonomi warga sekitar. Bekerja sama dengan Paguyuban Krajan Lampung, bambu-bambu tersebut diolah menjadi tusuk sate. Kegiatan itu kini melibatkan sebanyak 651 warga, dengan rata-rata pendapatan mencapai sekitar Rp1,3 juta per orang setiap bulan.
Menariknya, proses pengolahan bambu ini melibatkan ratusan lansia dan penyandang disabilitas. Di antara mereka ada Sarah dan Isra, pasangan lansia tuna wicara yang tekun mengolah bambu menjadi tusuk sate.
Setiap hari, mereka mampu menghasilkan sekitar delapan kilogram tusuk sate. “Lumayan, hasilnya bisa untuk beli beras,” ujar Sarah dengan suaran terbata saat tribunpekanbaru.com mengunjungi lokasi itu.
Program TJSL PTBA bertajuk “Bamboo For Life” itu tumbuh menjadi penopang ekonomi masyarakat sekitar.
Dari usaha sederhana membuat tusuk sate, paguyuban ini berhasil berkembang pesat hingga mendirikan pondok pesantren, memberdayakan ratusan pelaku UMKM, hingga menyalurkan bantuan CSR bagi warga di sekitarnya.
Perempuan di Tarahan
Selain Taty Silvia, sosok perempuan lain yang turut berperan dalam menjaga keberlanjutan di Tarahan ialah Rafika Puspita Sari. Sebagai Senior Environmental Control Technician, Fika begitu ia akrab disapa, memegang tugas penting.
Ia setiap harinya menelaah laporan pengolahan limbah, memantau area konservasi, serta berkoordinasi dengan tim lapangan untuk memastikan tak ada yang luput dari pengawasan.
| Arti Kata Ormas atau Artinya dan Apa Itu, Syarat Mendirikan, Ciri-ciri, Jenis-jenis, Contoh Ormas |
|
|---|
| Sering Kehilangan Uang, Sang Ibu di Banjarmasin Interogasi Putrinya: Terungkap Fakta Memilukan |
|
|---|
| Hasto Kristiyanto Cicipi Kopi dan Mie Sagu Yong Bengkalis Bersama Kader PDI Perjuangan di Riau |
|
|---|
| Miris, Anak Berkebutuhan Khusus di Pekanbaru Diduga Dianiaya Pengasuh di Pusat Terapi |
|
|---|
| Bongkar Dugaan Korupsi di BPKH, KPK: Katering, Transportasi hingga Penginapan Jemaah Haji |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/Lanskap-Pelabuhan-Tarahan.jpg)