Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Regional

AKBP B Bukan Keluarga Dosen Untag yang Tewas di Hotel, Tapi Satu KK, Keluarga: Dwi Masih Lajang

Peran AKBP Basuki menjadi sangat penting demi mengungkap penyebab kematian dosen hukum pidana Universitas 17 Agustus 1945.

Editor: Muhammad Ridho
Facebook Dwi/ TribunBogor
DOSEN TEWAS TANPA BUSANA - Dosen Semarang Dwinanda Linchia Levi (KIRI). AKBP Basuki (KANAN). Peran AKBP Basuki dalam Kasus Dosen Semarang Tewas Tanpa Busana 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Peran AKBP Basuki menjadi sangat penting demi mengungkap penyebab kematian dosen hukum pidana Universitas 17 Agustus 1945.

Pasalnya AKBP Basuki menjadi orang pertama yang melaporkan Dwinanda Linchia Levi tewas.

Lantas apa hubungan sang dosen dengan AKBP Basuki, mengapa mereka satu kartu keluarga (KK) ?

Diketahui AKBP B menjabat sebagai Direktorat Samapta Polda Jawa Tengah bagian Pengendalian Massa (Dalmas).

Kerabat korban, Tiwi, mengatakan bahwa DLL ternyata satu kartu keluarga (KK) dengan AKPB B.

"Iya korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara. Kecurigaan ini muncul ketika adik saya menanyakan alamat korban dengan saksi pertama kok sama, ternyata mereka satu KK, korban dimasukkan ke KK sebagai saudara," ujar Tiwi saat dihubungi TribunJateng.com, Selasa (18/11/2025).

Tiwi mengaku kaget atas keterkaitan antara korban dengan saksi pertama.

Sejauh yang dirinya tahu, korban tak pernah menceritakan sosok polisi tersebut. 

Baca juga: Mapolda Jateng Digeruduk, Polisi Didesak Usut Tuntas Kasus Tewasnya Dosen Untag Semarang

"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang, maka masuk KK-nya saksi pertama," jelasnya.

Namun, keluarga korban juga bertanya-tanya mengapa polisi itu tak muncul di rumah sakit ketika jenazah korban hendak dilakukan autopsi. 

"Kalau namanya saudara harusnya hadir karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang," terangnya.

Keluarga korban menilai ada beberapa kejanggalan terkait kematian korban, di antaranya informasi meninggalnya korban yang berjarak cukup jauh. 

Korban ditemukan meninggal dunia pada Senin pagi, tapi keluarga baru menerima informasi kematian korban pada Senin petang.

Korban juga ditemukan dalam kondisi telanjang dan telentang begitu saja di lantai kemarik tanpa alas apa pun. 

Keluarga korban yang menerima foto tersebut lantas curiga atas kematian korban.

Pada bagian lain, wajah korban dalam foto tersebut juga sangat berbeda dengan kondisi semasa hidup.

"Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban. Kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima, ada bercak darah keluar dari bagian intim korban." 

"Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini," paparnya.

Meskipun merasa janggal, keluarga korban masih menunggu keputusan keluarga besar untuk langkah hukum ke depan.

"Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu, tapi silakan nanti keluarga terutama kakak kandung dari korban," ujar Tiwi.

Menurutnya, korban dikenal sebagai sosok pendiam. Ia sudah merantau bekerja di Kota Semarang sekitar empat tahun terakhir.

Korban yang merupakan warga asli Purwokerto merantau ke kota Semarang setelah ayah dan ibunya meninggal dunia.  

"Korban masih sendiri (lajang), ia kuliah hingga jadi dosen tetap di Untag belum lama sekitar 2021 atau 2022," ujarnya.

Selama merantau di Semarang, korban sebenarnya tidak tinggal di kos-hotel tersebut. 

Korban memiliki kamar kos sendiri yang lokasinya tak jauh dari kostel tempat korban ditemukan meregang nyawa.

"Ya kabarnya korban sering keluar masuk kostel itu akhir-akhir ini," tuturnya.

Menurutnya, korban juga tidak memiliki riwayat penyakit tertentu selama tinggal di kota Semarang. 

"Korban dari dulu kelihatan sehat tidak ada tanda-tanda sakit tertentu," jelas Tiwi.

Sejauh ini, keluarga korban belum bisa mengungkap hasil autopsi jenazah DLL.

Ia menyebut, hingga Selasa malam, pihak keluarga yang menunggu proses tersebut di rumah sakit belum memberikan kabar.

Sosok AKBP B

Mahasiswa DLL sempat mengaku sang dosen pernah bercerita soal sosok AKBP B.

AKBP B disebut telah berkeluarga, tetapi bukan dengan DLL.

Hal ini sempat disampaikan oleh Ketua Alumni Muda-mudi Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan.

Jansen menyebut hal itu diketahuinya saat masih berstatus sebagai mahasiswa aktif. 

Pasalnya, DLL merupakan dosen pembimbing skripsinya.

"Saya adalah mahasiswa bimbingan skripsi beliau (korban), nah beliau pernah cerita kepada saya soal polisi berpangkat AKBP ini," katanya.

"Korban merupakan perempuan lajang. Sebaliknya, polisi tersebut (AKBP B) telah berkeluarga," sambung Jansen.

Namun, ia enggan untuk berspekulasi lebih jauh soal hubungan antara DLL dan AKBP B.

Jansen mengatakan menyerahkan seluruh penyelidikan kepada kepolisian.

"Kami harap kasus ini dibuka secara terang benderang tanpa ada kesan kepolisian melindungi oknum atau institusi tertentu," harapnya.

Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir menyatakan, dugaan awal kematian DLL disebabkan karena sakit.

Korban diketahui sempat menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Tlogorejo Semarang selama dua hari berturut-turut, pada 15 dan 16 November 2025.

“Penyebab kematian korban diduga karena sakit. Dua hari berturut-turut korban berobat ke RS Tlogorejo Semarang,” kata Nasoir seperti yang dikutip dari TribunJateng.com.

Dari rekam medis terakhir, tensi darah korban tercatat 190 mmHg dan gula darah sekitar 600 mg/dL. Setelah pemeriksaan, korban kembali ke tempat tinggalnya.

Tim Inafis Polrestabes Semarang tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

“Diduga korban meninggal karena sakit. Tidak ada indikasi kekerasan,” tambah Nasoir.

DLL merupakan dosen tetap di Untag sejak sekitar 2021 atau 2022 dan dikenal sebagai sosok pendiam.

Ia berasal dari Purwokerto dan merantau ke Semarang setelah orang tua meninggal.

Selama di Semarang, korban tinggal sendiri di kamar kos yang lokasinya tidak jauh dari kostel tempat ia ditemukan meninggal.

Kerabat menyebut korban tampak sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit serius sebelum meninggal.

Korban Berdarah

Kematian dosen Universitas 17 Agustus 1945 Untag Semarang semakin mengundang tanda tanya setelah ia ditemukan tanpa busana di sebuah hotel.

Seorang teman dekat mengungkap detail mengejutkan, alat vital korban disebut mengeluarkan darah saat ditemukan.

Keluarga pun semakin curiga, sebab kondisi tubuh korban dinilai jauh dari kematian karena sakit seperti yang disampaikan polisi.

Perbedaan informasi disampaikan oleh pihak kepolisian dan keluarga terkait penyebab kematian dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang berinisial DLL (35) yang jasadnya ditemukan dalam kondisi tanpa busana di sebuah kamar hotel di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (17/11/2025) pagi.

Berdasarkan keterangan dari Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir, DLL diduga tewas akibat sakit.

Dugaan tersebut muncul lantaran korban sempat berobat ke Rumah Sakit (RS) Telogorejo Semarang selama dua hari berturut-turut sebelum tewas.

Nasoir menyebut, berdasarkan rekam medis milik DLL, tensi darah korban mencapai 190 milimeter air raksa dan gula darah 600 miligram per desiliter (mg/dl).

"Jadi diduga korban meninggal dunia karena sakit. Tim Inafis Polrestabes Semarang juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban," ujarnya, Selasa (18/11/2025), dikutip dari Tribun Jateng.

"Dua hari sebelumnya berdua dengan lelaki yang yang ada di satu kamar itu, sempat berobat ke Tlogorejo juga 2 hari berturut-turut tanggal 15-16, terus disarankan dokter untuk rawat jalan," imbuh Nasoir.

Dikutip dari laman WHO, tensi darah bagi wanita dewasa normal berusia 41-60 tahun adalah 120/80 hingga 140/90.

Sementara, gula darah normal bagi wanita dewasa yakni kurang dari 200 miligram per desiliter (mg/dl).

Sedangkan, saat dalam kondisi setelah makan, gula darah normal kurang dari 140 mg/dl. Lalu ketika tengah berpuasa selama 8-10 jam yakni 70-100 mg/dl.

Namun, temuan berbeda disampaikan oleh kerabat korban, Tiwi. Berdasarkan foto yang diterima, hidung hingga alat vital korban dalam kondisi berdarah.

Selain itu, wajah korban disebut Tiwi berbeda dengan kondisi semasa hidup.

"Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban. Kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima,  ada bercak darah keluar dari bagian intim korban."

"Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini," terangnya, Selasa.

Kejanggalan lain yakni pihak keluarga baru mengetahui kabar kematian DDL pada Senin petang.

Padahal, korban sudah meninggal dunia sejak Senin pagi pukul 05.30 WIB.

Kondisi korban yang ditemukan tanpa busana dan tergeletak di lantai tanpa alas apapun juga menjadi kejanggalan lain.

Meski banyak kejanggalan atas kematian korban, Tiwi menyebut dirinya masih menunggu keputusan keluarga besar untuk langkah hukum ke depannya.

"Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu tapi silahkan nanti keluarga terutama kakak kandung dari korban," ujar Tiwi.

Kasus kematian DLL semakin menjadi sorotan setelah sosok yang pertama kali melaporkannya adalah polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) berinisial B.

Adapun AKBP B merupakan perwira menengah (pamen) dan menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Pengendalian Massa (Dalmas) Direktorat Samapta Polda Jawa Tengah.

Hal ini dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto.

"Benar, AKBP B memang pamen (perwira menengah) di Dalmas (Direktorat Samapta)," jelasnya, Selasa.

Selain itu, Tiwi menyebut AKBP B terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) yang sama dengan DLL.

Dia pun kaget atas fakta ini lantaran korban tidak pernah bercerita soal hubungannya dengan perwira polisi tersebut.

"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama, infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang maka masuk KK-nya saksi pertama," bebernya. 

Keterangan Polisi

Dilansir dari TribunBanyumas.com, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto memastikan bahwa AKBP B adalah perwira menengah di Dalmas.

"Benar, AKBP B memang pamen (perwira menengah) di Dalmas (Direktorat Samapta)," jelas Kombes Pol Artanto kepada Tribun, Selasa (18/11/2025).

Artanto menyebut pihaknya belum mengetahui secara rinci keterlibatan AKBP B dalam kasus tersebut, tetapi memastikan penyelidikan akan terus dipantau.

"Polda Jateng akan monitoring proses penyelidikan kasus ini, mengawasi penyelidikan yang dilakukan Polrestabes Semarang," bebernya.

Menurutnya, Satreskrim Polrestabes Semarang akan melaporkan perkembangan penyelidikan kepada Ditreskrimum Polda Jateng.

"Semisal ditemukan pelanggaran yang dilakukan (oleh AKBP B) nanti kami akan menindak sesuai aturan," paparnya.

Kasatreskrim Polrestabes Semarang AKBP Andika Dharma Sena membenarkan bahwa ada anggota polisi di lokasi kejadian yang menemukan korban pertama kali.

"Kami ambil keterangan polisi ini untuk mengetahui peristiwa kejadian ini," ujarnya.

Andika menyebut pihaknya masih mendalami hubungan antara polisi tersebut dengan korban. 

Ia menambahkan bahwa penyidik mengumpulkan bukti-bukti lain, termasuk rekaman CCTV hotel.

Terkait kondisi korban, ia menjelaskan hasil visum luar tidak menemukan tanda kekerasan.

Akan tetapi, autopsi tetap dilakukan untuk memastikan penyebab kematian.

"Kami lakukan autopsi, sedang berproses hari ini. Tujuannya untuk memastikan kematian korban, terutama kepada keluarga korban," ujarnya.

Sebagaimana diberitakan, seorang perempuan dosen muda Untag Semarang berinisial DLL (35) ditemukan tewas di kamar hotel di Jalan Telaga Bodas Raya Nomor 11, Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB.

Korban ditemukan di kamar nomor 210 dalam kondisi tanpa berbusana dan tergeletak di lantai samping tempat tidur.

Korban diketahui merupakan dosen hukum pidana dan belum menikah.

Sementara itu, polisi yang pertama kali menemukan korban, berinisial B berpangkat AKBP, diketahui sudah berkeluarga dan bertugas di Direktorat Samapta bagian Dalmas.

( Tribunpekanbaru.com )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved