Antre Ruang Rawat di IGD
Dinkes Riau Sebut Penumpukan Pasien di IGD Terjadi karena Keterbatasan RS Tipe A
Pasien rumah sakit harus dirawat di ruang IGD sampai ada kamar rawat inap yang kosong.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: M Iqbal
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU – Penumpukan pasien di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sejumlah rumah sakit di Pekanbaru belakangan kembali mencuat. Pasien terpaksa harus dirawat di ruang IGD sampai ada kamar rawat inap yang kosong.
Menyikapi kondisi tersebut, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau, Ns. Widodo, angkat bicara mengenai persoalan ini.
Menurutnya, rumah sakit di Pekanbaru sebenarnya cukup banyak. Namun, pasien cenderung menumpuk di rumah sakit besar yang menjadi pusat rujukan, seperti RSUD Arifin Achmad dan RS Awal Bros.
“Rumah sakit di Pekanbaru banyak, tapi yang selalu penuh biasanya rumah sakit besar yang menjadi rujukan tertinggi atau tipe A. Saat ini, di Riau baru ada dua rumah sakit tipe A,” jelas Widodo, Senin (6/10/2025).
Ia menyebutkan, sistem layanan kesehatan diatur melalui mekanisme rujukan berjenjang. Pasien biasanya ditangani dulu di rumah sakit tipe D, lalu ke tipe C, B, hingga akhirnya tipe A jika kondisi berat.
“Karena rujukan berjenjang, pasien dengan kasus berat memang akhirnya bertumpuk di rumah sakit tipe A. Sementara jumlah tempat tidur di rumah sakit tipe A terbatas, itulah yang memicu penumpukan di IGD,” katanya.
Widodo menyarankan, jika terjadi lonjakan pasien, rumah sakit perlu melakukan pergeseran rujukan ke fasilitas kesehatan lain yang sekelas. Hal ini untuk menghindari penumpukan hanya di satu atau dua rumah sakit.
“Solusinya, kalau penuh bisa digeser ke rumah sakit lain yang satu tipe. Supaya tidak menumpuk di rumah sakit tertentu saja,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, tingginya kesadaran masyarakat untuk berobat ikut berpengaruh pada lonjakan kunjungan rumah sakit, terutama melalui program BPJS Kesehatan.
Sementara di sisi lain, rumah sakit swasta memiliki keterbatasan dalam menerima pasien BPJS karena orientasinya profit.
Kondisi yang digambarkan Dinkes Riau tersebut juga dialami RSUD Arifin Achmad. Plt Direktur Utama RSUD Arifin Achmad, drg. Yusi Prastiningsih MM, menyebutkan penumpukan pasien di IGD terjadi karena keterbatasan kamar rawat inap, khususnya untuk kelas 1 yang paling banyak diminati peserta BPJS.
“Karena ruang rawat inap kelas 1 terbatas, makanya sering terjadi penumpukan pasien di IGD. Mereka harus menunggu sampai ada kamar yang kosong,” jelas Yusi.
Untuk mengatasi masalah ini, pihak rumah sakit tengah mengkaji pemanfaatan kamar VIP yang kosong untuk pasien kelas 1 dengan skema pembayaran lebih ringan.
“Ini masih dalam kajian, tujuannya agar pasien tidak terlalu lama di IGD,” tambahnya.
Ia menegaskan, pasien idealnya hanya boleh berada di IGD maksimal satu hari sebelum dipindahkan ke ruang rawat inap.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.