Ekskavasi Candi Muara Takus
Pentingnya Kajian Ilmiah untuk Penataan Kawasan Candi Muara Takus
Ditemukan sejumlah gejala permukaan di kawasan Candi Muara Takus di Kampar yang mengindikasikan adanya struktur atau aktivitas manusia di masa lampau.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: M Iqbal
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Berdasarkan hasil pembacaan Light Detection and Ranging (LiDAR) yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV, Kementerian Kebudayaan RI pada tahun 2024, ditemukan sejumlah gejala permukaan di kawasan Candi Muara Takus di Kampar yang mengindikasikan adanya struktur atau aktivitas manusia di masa lampau.
Temuan awal inilah yang kemudian diuji kebenarannya melalui ekskavasi lapangan yang dilakukan awal September 2025 lalu.
Penggunaan teknologi LiDAR kerap dilakukan untuk memetakan dan mengungkap struktur serta fitur arkeologi yang tersembunyi di situs percandian kuno. Teknologi ini menggunakan laser untuk menciptakan model 3D lanskap secara presisi, bahkan di bawah tutupan vegetasi tebal, yang memungkinkan para arkeolog untuk menemukan sisa-sisa peradaban tanpa merusak situs tersebut.
Setelah dilakukan pembacaan dengan menggunakan teknologi LiDAR, tim langsung menindaklanjutinya dengan melakukan penggalian atau ekskavasi. Program ini digagas oleh BPK Wilayah IV, Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan dosen dan mahasiswa Arkeologi Universitas Negeri Jambi, Dinas Kebudayaan Riau dan Pemerintah Kabupaten Kampar.
Setelah dilakukan ekskavasi, tim akan membuat laporan secara lengkap terhadap temuan yang sudah dilakukan di lapangan.
Pamong Budaya Ahli Muda,Dinas Kebudayaan Riau, Muhammad Fajri, Senin (20/10/2025) mengatakan, laporan sementara dari ekskavasi ini tengah disusun oleh tim Universitas Negeri Jambi. Dalam waktu dekat, hasil awal tersebut akan dikaji lebih lanjut melalui penelitian lanjutan.
Fajri menegaskan bahwa temuan yang ada saat ini belum mencakup keseluruhan kawasan. Berdasarkan hasil LiDAR, masih terdapat indikasi adanya pemukiman kuno di luar tanggul kuno, bahkan hingga radius 30–40 meter dari area utama situs.
“Temuan ini memberi gambaran bahwa kawasan Candi Muara Takus jauh lebih luas dan kompleks dari yang selama ini kita pahami. Masih banyak yang tersembunyi, bahkan di luar ekspektasi kami. Karena itu, penelitian dan ekskavasi perlu dilakukan secara lebih masif,” tegasnya.
Ekskavasi ini bukan semata untuk menggali artefak, tetapi juga sebagai dasar ilmiah dalam proses penataan kawasan oleh pemerintah pusat dan daerah. Hal ini penting agar penataan tidak menyalahi atau merusak tinggalan arkeologis yang masih tertanam di dalam tanah.
“Selama ini, narasi tentang kawasan candi hanya berdasar cerita atau dugaan. Dengan adanya ekskavasi, kita mulai memiliki kajian ilmiah yang bisa dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan. Ini penting agar upaya pelestarian bisa berjalan seiring dengan pengembangan kawasan wisata,” tegas Fajri. (Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)
| Ekskavasi Kawasan Candi Muara Takus Libatkan Masyarakat Setempat, Lahan Mayoritas Dikuasai Warga |
|
|---|
| Temuan Baru, Tak Hanya Candi, Muara Takus Ternyata Menyimpan Peradaban yang Lebih Luas |
|
|---|
| Rencana Penataan Kawasan Candi Muara Takus di Kampar Masih Tahap Inventarisir Lahan |
|
|---|
| Temuan Struktur dan Artefak Baru di Kawasan Candi Muara Takus, Ungkap Jejak Pemukiman Kuno |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.