Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ekskavasi Candi Muara Takus

Temuan Baru, Tak Hanya Candi, Muara Takus Ternyata Menyimpan Peradaban yang Lebih Luas

Selain truktur Candi Muara Takus, juga ada jejak pemukiman kuno, sistem drainase yang canggih, serta artefak dari masa klasik Tiongkok.

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: M Iqbal
Foto/Istimewa
TEMUAN TERBARU - Tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV, Kementerian Kebudayaan RI mendapatkan temuan terbaru dari kawasan Candi Muara Takus berupa jejak pemukiman kuno, sistem drainase yang canggih, serta artefak dari masa klasik Tiongkok. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kawasan Candi Muara Takus yang berlokasi di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto Kampar kembali menunjukkan potensinya sebagai salah satu situs arkeologi penting di Indonesia. 

Temuan terbaru hasil ekskavasi yang dilakukan tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV, Kementerian Kebudayaan RI mengungkap bahwa kawasan ini menyimpan lebih dari sekadar struktur candi, tetapi juga jejak pemukiman kuno, sistem drainase yang canggih, serta artefak dari masa klasik Tiongkok.

Koordinator ekskavasi Candi Muara Takus yang juga Pamong Budaya BPK Wilayah IV, Kementerian Kebudayaan, Azwar Sutihat, menyebutkan bahwa luasnya kawasan candi memungkinkan ditemukan beragam data arkeologi yang sangat bernilai.

“Kawasan Candi Muara Takus ternyata menyimpan potensi data arkeologi yang luar biasa, baik berupa struktur bangunan, parit kuno, maupun artefak tua. Kawasannya memang luas, walaupun sebagian sudah hilang karena tenggelam oleh pembangunan PLTA,” ungkap Azwar.

Ekskavasi dilakukan setelah dilakukan pemindaian permukaan tanah menggunakan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging). Hasil dari pemindaian ini menunjukkan adanya sejumlah anomali di permukaan tanah, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penggalian langsung di lapangan.

Ekskavasi ini menjadi bagian dari upaya pelestarian sekaligus pembuktian ilmiah bahwa kawasan Candi Muara Takus menyimpan sejarah panjang yang belum sepenuhnya terungkap.

Penelitian lanjutan akan terus dilakukan agar pemahaman terhadap kawasan ini semakin utuh dan menjadi dasar dalam penataan serta pengembangan kawasan cagar budaya tersebut di masa mendatang.

Salah satu hasil paling signifikan adalah ditemukannya struktur tanggul berbentuk persegi dengan berbagai ukuran. Di titik-titik anomali tersebut, tim juga menemukan parit-parit kuno yang diduga menjadi bagian dari sistem drainase pada masa lampau.

“Kami menduga kuat bahwa di kawasan ini dulu terdapat pemukiman lama. Temuan parit dan struktur tanggul menunjukkan bahwa masyarakat masa itu sudah mengenal sistem irigasi yang baik. Mereka sudah bisa membuat sistem pengelolaan aliran air untuk mengantisipasi banjir, karena memang lokasi candi ini kan berada dekat dengan sungai. Sistem drainase mereka terbilang canggih untuk masa itu,” jelas Azwar.

Penemuan saluran air dan parit kuno ini membuka wawasan baru tentang kemampuan peradaban masa lalu dalam mengelola lingkungan.

Menurut Azwar, sistem hidrologi yang ditemukan memperlihatkan adanya upaya terstruktur untuk mengatur pembuangan air dan mencegah genangan, yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan struktur bangunan di kawasan suci tersebut.

“Ini menjadi kajian menarik, karena menunjukkan bahwa perencanaan kawasan sudah diperhitungkan dengan sangat matang, termasuk untuk mengatasi dampak luapan sungai,” tambahnya.

Tak hanya struktur bangunan dan sistem drainase, tim ekskavasi juga menemukan sejumlah artefak, termasuk pecahan keramik tua. Berdasarkan analisis awal, artefak tersebut berasal dari masa Dinasti Song (abad ke-11 hingga 13 Masehi) dan Dinasti Ming (abad ke-15 hingga 17 Masehi), yang dikenal sebagai periode perdagangan maritim aktif antara Tiongkok dan kawasan Asia Tenggara.

“Temuan ini menguatkan bahwa aktivitas di kawasan candi sudah berlangsung sejak lama, bahkan sejak abad ke-13 sudah ada aktivitas keagamaan maupun permukiman,” ujar Azwar.

Selama ini, narasi tentang Candi Muara Takus sebagian besar hanya berdasar pada cerita dan asumsi. Namun, melalui kegiatan ekskavasi yang dilakukan secara sistematis dan berbasis teknologi, gambaran mengenai kompleksitas kawasan ini mulai terungkap.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved