Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Nasib Oplet Mulai Tergusur di Pekanbaru, Zulkafli Ubah Nasib Jadi Driver Taksi Online

Saat ini keberadaan oplet di Pekanbaru sudah mulai tergusur dengan moda transportasi dalam kota seperti trans metro dan ojek online.

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution
Foto Kolase - Zulkafli, Sopir oplet trayek Hang Tuang-Kulim kini beralih ke taksi online dan oplet biru tua miliknya. 

"Gobah, Gobah, Gobah". "Kerang, Kerang Kerang'. "Kulim, Kulim, Kulim".

TERIAKAN kernet oplet sejumlah trayek itu sudah tak pernah lagi terdengar. Termasuk suara musik dari kendaraan penumpang itu pun kini sepi.

Oplet yang dulu berseliweran di setiap jalanan Kota Pekanbaru, sudah jarang terlihat. Kalaupun ada hanya tinggal satu-satu. 

Moda transportasi dalam kota tersebut mulai tergerus seiring munculnya jenis angkutan lain seperti Trans Metro dan angkutan online baik mobil maupun motor.

Ditambah lagi dengan semakin mudahnya orang mendapatkan kendaraan roda dua, menjadikan oplet semakin ditinggalkan. 

"Sekarang sudah tak bisa lagi hidup dari oplet. Penumpang makin sepi, sementara minyak makin mahal," tutur Zulkafli lirih saat bercerita dengan Tribunpekanbaru.com.

Dari sebuah rumah sederhana di Jalan Silindung, Sialang Rampai, Kulim, suara mesin mobil terdengar setiap pagi. Bukan lagi suara oplet biru tua seperti dulu, melainkan mobil putih yang kini menjadi alat baru Zulkafli mencari nafkah - taksi online Maxim.

Selama lebih dari sepuluh tahun, Zulkafli (45) menggantungkan hidup dari oplet jurusan Hangtuah-Kulim. Ia mengantarkan anak-anak sekolah, para inang-inang yang hendak ke pasar, hingga pekerja yang menumpang menuju pusat kota. 

Tapi, seiring waktu, satu per satu penumpang setianya hilang, digantikan bus Trans Metro Pekanbaru (TMP) dan layanan transportasi daring seperti GoCar, Maxim, serta ojek online.

"Dulu, oplet itu jadi tumpuan banyak warga. Dari Kulim ke Pasar Pusat saya bisa isi penuh, pulang pergi ramai terus. Tapi sejak ada bus TMP dan taksi online, penumpang makin sedikit. Sekarang pagi pun cuma dapat tiga atau empat orang," kata Zulkafli.

Sebelum menjadi sopir oplet, Zulkafli pernah bekerja sebagai tenaga honorer di Sekretariat DPRD Riau. Namun setelah masa kontraknya berakhir, ia harus mencari cara lain untuk menghidupi keluarga.

"Waktu itu saya coba bawa oplet punya kawan. Awalnya niat sementara, tapi lama-lama jadi pekerjaan tetap. Saya pikir yang penting halal,"kenangnya sambil tersenyum tipis.

Sejak 2014, ia resmi membeli satu unit oplet biru tua bekas yang menjadi kebanggaannya. Setiap hari ia memulai perjalanan selepas salat Subuh, menunggu anak-anak sekolah di pinggir jalan Hangtuah, lalu melanjutkan hingga ke pusat kota.

"Biasanya kalau pagi ramai, apalagi anak sekolah. Kalau sudah lewat jam tujuh, sepi. Nanti narik lagi jam setengah empat sore waktu anak sekolah pulang," ujarnya.

Pendapatan Zulkafli sebagai sopir oplet perlahan menurun. Dulu ia bisa membawa pulang Rp150 ribu per hari, cukup untuk kebutuhan dapur dan bensin. Namun dalam dua tahun terakhir, hasil itu tak lagi sama.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved