Lingkar Kehidupan di Sudut Kota Dumai: Ketika Sampah,Ternak, dan Tanaman Hidup Saling Menghidupi
Dua hektare lahan yang dulu tidak produktif kini bertransformasi menjadi paru-paru hijau dan sumber pangan.
Penulis: Donny Kusuma Putra | Editor: Sesri
TRIBUNPEKANABARU.COM, DUMAI - Tanah yang dulu gersang di sudut Kota Dumai, dua hektare tepatnya di RT 03, Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Dumai Selatan, Kota Dumai, Provinsi Riau sering menjadi makanan Kebakaran lahan dan Hutan (Karhutla) kini basah dan subur memancarkan aroma khas tanah yang baru digarap.
Di tengah hamparan hijau seluas dua hektare itu berdiri Suhardi (43), ketua Kelompok Tani Tuah Jaya. Matanya menatap setiap tanaman dengan campuran haru, bangga, dan keteguhan.
Ia menghela napas panjang, membiarkan udara dingin pagi meresap ke paru-parunya, seolah menandai babak baru dalam kehidupan kelompok yang dipimpinnya sejak 2020.
Kelompok Tani Tuah Jaya lahir melainkan dari keresahan warga di tengah pandemi COVID-19.
Sebagian besar masyarakat kehilangan pekerjaan, pendapatan merosot, dan ketidakpastian menghantui setiap hari.
Dari situ muncul semangat untuk mandiri, sebuah tekad untuk tidak sekadar bertahan, tetapi juga menciptakan perubahan nyata melalui pertanian berkelanjutan.
Anggota kelompok Tuah Jaya, 25 orang, beragam usia dan latar belakang. Mereka dipersatukan oleh tujuan bersama, membangun ketahanan pangan lokal, meningkatkan pendapatan, dan melestarikan lingkungan.
"Awalnya kami hanya ingin bertahan hidup," kata Suhardi, suaranya tenang namun tegas, matanya menatap hamparan tanaman yang kini tampak rapi dan subur,
"Tapi perlahan kami menyadari, dengan kerja keras dan inovasi, lahan ini bisa menjadi sumber harapan bagi banyak orang," ucap Suhardi
Proses bertani di Tuah Jaya tidak sekadar menanam dan memanen. Mereka menerapkan sistem semi-modern yang terintegrasi, tanah digarap menggunakan hand tractor, penyiraman masih manual dengan gembor.
Sementara sumber air berasal dari embung yang tak jauh dari kawasan pertanian biasa orang sekitar menyebutnya Danau Cinta, berfungsi sebagai sumber air utama untuk irigasi.
Setiap jenis tanaman mendapatkan perhatian khusus, mulai cabai, pare, semangka, hingga Jagung.
Pemupukan menggunakan pupuk organik dari kotoran hewan, sekam, dan fermentasi sampah rumah tangga menjadi eco-enzym, sehingga tanah tetap subur dan lingkungan tetap lestari.
Dukungan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) RU II Dumai mempercepat transformasi ini.
Bantuan berupa pengolahan lahan, penyediaan pupuk, pembangunan sistem irigasi drip, workshop pembuatan pupuk organik, hingga fasilitas peternakan, seperti kandang ayam, rumah maggot, mesin pencacah rumput untuk sapi, dan mesin penetas telur.
Semua fasilitas ini dimanfaatkan untuk membangun ekosistem pertanian-peternakan terintegrasi.
Seiring hari berjalan, anggota kelompok bergerak dengan ritme yang nyaris simfoni.
Anak-anak membantu mengumpulkan daun kering, para ibu menata hasil panen, sementara para pria menyiapkan lahan untuk penanaman selanjutnya. Suara cangkul, gembor, dan alat pertanian menciptakan harmoni yang unik—antara manusia dan tanah.
Dampak kegiatan mereka nyata. Lingkungan menjadi lebih hijau, kualitas udara membaik, jejak karbon menurun karena produksi pangan dilakukan di dalam kota.
Dua hektare lahan yang dulu tidak produktif kini bertransformasi menjadi paru-paru hijau dan sumber pangan.
Sampah rumah tangga Warga RT 03 sekitar 300 kg sampai 500 kg per hari berhasil diolah menjadi bahan organik ramah lingkungan, sekaligus sebagai bahan utama makan Maggot.
Ekonomi juga terdampak positif. Hasil budidaya cabai dan terong meningkatkan pendapatan kelompok mulai Rp 8.500.000 hingga Rp12 juta per bulan, belum termasuk penjualan Maggot dan Sapi.
Penjualan maggot menjadi inovasi ekonomi sirkular dengan harga Rp 6.000 per kilogram, dimana Tuah Jaya mampu memproduksi sampai 600 kg maggot setiap bulan, Pendapatan ini bukan hanya angka, tetapi simbol keberdayaan dan pemanfaatan sumber daya lokal.
Namun, inti dari Tuah Jaya bukan sekadar angka. Nilai kebersamaan dan solidaritas lebih berharga. Anggota dari berbagai generasi bekerja berdampingan, saling mengajar, saling belajar.
Ketua mengajarkan teknik tradisional, sementara anggota membawa inovasi dan energi baru. Interaksi ini menciptakan ikatan sosial yang kuat, membuat pekerjaan keras terasa ringan.
Suhardi sering merenung sendiri di tengah lahan. Ia mengenang awal terbentuknya kelompok, ketika banyak kegagalan terjadi: gagal panen, kekurangan air, serangan hama, atau kekhawatiran finansial.
Semua masalah itu menjadi pelajaran. Dari kegagalan itu muncul solusi inovatif, pembuatan pupuk organik, eco-enzym, rumah maggot, dan irigasi drip. Setiap tantangan menjadi bahan bakar semangat untuk terus maju.
Dalam proses yang panjang, kelompok Tuah Jaya menunjukkan bahwa keberhasilan datang dari kerja keras, kesabaran, inovasi, dan kerjasama.
Sistem semi-modern yang diterapkan menunjukkan bahwa teknologi dan tradisi dapat berjalan berdampingan, menciptakan ekosistem yang produktif dan berkelanjutan.
Pada suatu sore, ketika langit mulai jingga, embun kembali menempel di daun-daun. Suhardi dan anggota kelompok menatap hasil panen hari itu dengan rasa puas, karena lebih dari 1 Ton panen cabe terjual, ditambah 850 kg Jagung pun ikut dibawa ke gudang badan urusan logistik (Bulog) Kota Dumai.
Setiap tetes keringat, setiap benih yang ditanam, bukan sekadar menghasilkan tanaman, tetapi juga menumbuhkan mimpi dan harapan baru.
Kehidupan di lahan itu mengajarkan sebuah pelajaran penting: kerja sama, inovasi, dan keberanian memulai adalah kunci perubahan.
Dari tanah ini, anggota Tuah Jaya belajar arti ketekunan, saling percaya, dan menghargai proses. Mereka belajar bahwa manusia dan alam saling membutuhkan, dan setiap tindakan kecil memiliki dampak besar.
Malam tiba, dan suara jangkrik menggema di seluruh lahan. Anggota kelompok duduk bersama, membicarakan rencana esok: penanaman baru, inovasi lain, pelatihan tambahan.
Ada rasa lega dan bangga, tetapi juga semangat untuk terus maju. Mereka tahu, perjalanan ini panjang, namun setiap langkah memberi makna.
Suhardi menatap embun yang jatuh di tanaman, menyadari bahwa dari tanah yang dulu mati kini tumbuh kehidupan. Dari setiap biji yang ditanam, muncul harapan baru.
Dari kerja bersama, tumbuh solidaritas. Dari inovasi, lahir keberlanjutan. Dan dari keberanian memulai, tercipta perubahan yang tak ternilai harganya.
Di tengah hening malam, di bawah cahaya rembulan yang menembus dedaunan, Suhardi tersenyum. Embun pagi yang mereka nikmati tadi bukan sekadar simbol kehidupan tanaman, tetapi juga simbol perjalanan kelompok ini: lembut, penuh harapan, dan menenangkan.
Tanah yang pernah sunyi kini menjadi saksi bisu dari kerja keras, mimpi, dan tekad manusia untuk bertahan hidup, menciptakan masa depan yang lebih baik.
Suhardi yakin melalui ekosistem pertanian-peternakan terintegrasi, masa depan Tuah Jaya akan manis pada masanya, dan pekerjaan melelahkan ini akan menjadi pegangan dimasa tua Ia dan para anggota nya.
Agustiawan, Area Manager Communication, Relations, dan CSR PT KPI RU II Dumai mengaku,Kelompok Tani Tuah Jaya merupakan contoh kelompok tani unggulan.
Mereka menunjukkan bagaimana pertanian dan peternakan bisa terintegrasi, memberi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang nyata.
Agus mengaku dukungan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) RU II Dumai mempercepat transformasi ini. Bantuan berupa pengolahan lahan, penyediaan pupuk, pembangunan sistem irigasi drip, workshop pembuatan pupuk organik, hingga fasilitas peternakan, seperti kandang ayam, rumah maggot, mesin pencacah rumput untuk sapi, dan mesin penetas telur.
"Semua fasilitas ini dimanfaatkan untuk membangun ekosistem pertanian-peternakan terintegrasi," imbuh Agus
Dirinya meyakini bahwa pertanian-peternakan terintegrasi yang diterapkan oleh Kelompok Tani Tuah Jaya bakal menjadi kado terindah di masa depan.
Tuah Jaya yang menerapkan pola lingkar kehidupan pertanian-peternakan terintegrasi mendapat perhatian dari orang nomor 1 di Kota Dumai, yakni Wali Kota Dumai, Paisal.
"Transformasi ini luar biasa. Dari pengolahan sampah menjadi pakan maggot, hingga ternak dan pupuk, semua berjalan harmonis. Ini contoh nyata masyarakat mandiri yang tetap menjaga lingkungan," ucap Paisal
Penerapan pertanian-peternakan terintegrasi ini, menurut Paisal menjadi salah satu bukti dukungan ketahanan pangan nasional yang disumbangkan dari sudut Kota Dumai, melalui tanaman hortikultura oleh Tuah Jaya.
"Kami juga ucapkan terima kasih kepada Kelompok Tani Tuah Jaya yang sudah membantu Pemerintah Kota Dumai dalam mendukung ketahanan pangan serta mengelola sampah rumah tangga khususnya di RT 03, Kelurahan Mekar Sari, Dumai Selatan, Kota Dumai," sebut Wali Kota Dumai Paisal
Ketua RT 03 Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Dumai Selatan, Edi merasa takjub dan bangga bahwa ada Kelompok Tani yang menerapkan program pertanian-peternakan terintegrasi, mulai dari sampah rumah tangga warga RT 03 menjadi sumber kehidupan di tangan Kelompok Tani Tuah Karya.
"Ada sekitar 300 kg sampai 500 kg sampah rumah tangga yang dihasilkan di RT 03 Mekar Sari dengan jumlah penduduk sekitar kurang lebih 450 Kepala Keluarga (KK) dan alhamdulillah ada tempat Kami membuang sampah, sehingga lingkungan Kami menjadi Bersih," ungka Edi Ketua RT 03 Mekar Sari
"Ini luar biasa. Sistem pertanian dan peternakan yang terintegrasi bukan hanya produktif, tapi juga berkelanjutan. Model seperti ini patut dicontoh di daerah lain," pungkas Edi
Kelompok Tani Tuah Jaya adalah bukti nyata bahwa di tengah pandemi, krisis, dan keterbatasan, manusia tetap bisa bangkit.
Di lahan itu, setiap tetes embun dan setiap helai daun menjadi cerita tentang keberanian, kebersamaan, dan harapan yang tak pernah padam.
Di sinilah harapan itu tumbuh, akar menembus tanah, dan cahaya masa depan menyinari puluhan Kepala Keluarga di Kelompok Tani Tuah Jaya
(Tribunpekanbaru.com/donny kusuma putra)
| BPBD Pelalawan Kehabisan Dana Patroli, Pantuan Titik Api Andalkan Patroli Udara dan Laporan Warga |
|
|---|
| 133,5 Hektar Lahan Terbakar di Pelalawan Sepanjang 2025, Kecamatan Teluk Meranti Terluas |
|
|---|
| Pemprov Riau Bersiap Cabut Status Darurat Karhutla, Sebagian Helikopter Water Bombing Mulai Ditarik |
|
|---|
| Riau Catat Jumlah Bencana Tertinggi di Indonesia Tahun 2025, Didominasi Banjir dan Karhutla |
|
|---|
| Karhutla Nihil Meski Cuaca Panas Terik, BPBD Pelalawan Ingatkan Jangan Bakar Sampah Sembarangan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.