Waduh, Polusi Udara Meningkatkan Resiko Keinginan Bunuh Diri
Peneliti dari University of Utah menemukan adanya hubungan antara eksposur atau paparan polusi, dengan kecenderungan bunuh diri pada manusia.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Polusi udara sangat berbahaya bagi tubuh. Hal itu tidak diragukan lagi. Berbagai penelitian mengungkapkan berbagai penyakit dan gangguan pada fisik dan mental yang disebabkan oleh particulate matter (PM2.5). PM adalah istilah untuk partikel padat atau cair yang ditemukan di udara, dalam hal ini polutan.
Peneliti dari University of Utah menemukan adanya hubungan antara eksposur atau paparan polusi, dengan kecenderungan bunuh diri pada manusia. Paparan polusi jangka pendek yang mengandung PM2,5 dan nitrogen dioksida dapat meningkatkan resiko bunuh diri pada pria dan pada penduduk Salt Lake City usia 36 hingga 64 tahun.
Fine particulate matter ini termasuk segala jenis debu, jelaga, asap yang ukuran diameternya lebih kecil dari 2,5 mikrometer. Sementara itu, paparan terhadap nitrogen dioksida, dikaitkan dengan radang pernafasan, asma dan masalah pernafasan lainnya. Demikian dilaporkan Medical Daily.
"Kami tak sepenuhnya yakin mengapa resiko bunuh diri lebih tinggi dalam dua kelompok ini. Tapi kami curiga ini mungkin karena dua kelompok tersebut lebih banyak terkena polusi udara. Atau karena faktor tambahan yang membuat dua kelompok tersebut lebih mudah terkena efek dari polusi udara," kata dr Amanda Bakian, asisten profesor ilmu kejiwaan dalam sebuah rilis.
Bakian menekankan, polusi udara tidak menyebabkan seseorang bunuh diri, tetapi memberikan kontribusi pada resiko untuk melakukan tindakan tersebut. Menurut American Psychological Association, penelitian pada tikus menunjukkan polusi memberikan perubahan pada otak. Termasuk pada gelombang cytokines, protein yang memberikan sinyal antar sel di daerah hippocampal yang memainkan peranan dalam hal ingatan.
Untuk penelitian itu, Bakian dan timnya melihat catatan lebih dari 1.500 orang yang meninggal bunuh diri di wilayah Salt Lake County, antara tahun 2000 hingga 2010. Secara keseluruhan mereka menemukan orang-orang ini 20 persen lebih mungkin melakukan bunuh diri ketika mereka menghirup lebih banyak nitrogen dioksida dalam tiga hari sebelum meninggal. Bagi yang kena konsentrasi polutan lebih tinggi, paparan PM2,5 dalam durasi yang sama, lima persen lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri.
Penelitian mereka juga menemukan, pria 25 persen dan enam persen lebih berisiko melakukan bunuh diri akibat paparan nitrogen dioksida PM2,5 secara terus menerus. Dan bagi mereka yang berusia 36 hingga 64 tahun, risiko bunuh diri akibat paparan jangka pendek nitrogen dioksida dan PM2,5 adalah 20 dan tujuh persen lebih tinggi.
Menurut Bakian pada Newsweek, peneliti menguji metode bunuh diri, apakah itu melalui kekerasan atau tanpa kekerasan, jenis kelaminnya, dan alasan mengapa mereka bunuh diri. Hasilnya terdapat kaitan kuat antara polutan udara dan permasalahan yang berujung pada bunuh diri mereka yang berusia 36 hingga 64, begitu juga bagi yang bunuh diri dengan menggunakan metode kekerasan.
