Merajut Pipa Gas, Perkokoh Ketahanan Energi
Menggunakan energi gas juga terbukti lebih murah karena disalurkan langsung lewat pipa. Masyarakat tidak perlu takut akan keamanannya
Penulis: Ariestia | Editor: harismanto
Karena minyak bumi terus menipis, diperlukan sumber alternatif demi tercapainya energi berkelanjutan.
Dengan kata lain, adanya diversifikasi penggunaan energi. Variasi dalam memanfaatkan energi akan mengurangi ketergantungan pada minyak. Sejumlah sumber energi lain dapat dimanfaatkan, termasuk di antaranya gas.
Menurut Badan Energi Informasi Amerika Serikat, Energy Information Administration (EIA), Indonesia memiliki cadangan gas terbukti sebesar 103.4 trillion cubic feet (TCF) pada 2015. Jumlah ini sedikit menurun dibandingkan 2013 yang mencapai 104.7 TCF.
Indonesia berada pada peringkat ke 13 negara-negara di dunia yang memiliki cadangan gas alam terbesar, serta peringkat ke dua di antara negara-negara kawasan Asia Pasifik setelah China. Daerah yang memiliki cadangan gas alam terbesar di Indonesia di antaranya Aceh.
Selain kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG). Pada 2013, Indonesia merupakan pengekspor LNG keempat terbesar setelah Qatar, Malaysia dan Australia.
Dari data Outlook Energi Indonesia 2014 yang dirilis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sumber daya gas umumnya berada di luar Jawa, terutama di Sumatera termasuk Natuna yang mencapai hampir 56 persen.
Cadangan gas di luar Jawa lainnya tersebar di Papua, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi yang masing-masing memiliki cadangan gas secara berurutan 16 persen, 11 persen, 10 persen, dan hampir 2 persen. Sementara itu di Jawa, cadangan gas hanya sekitar delapan persen dari total cadangan gas Indonesia.
Potensi pemanfaatan gas ini masih dapat bertahan setidaknya sampai hampir 33 tahun lagi. Sedangkan minyak diperkirakan hanya sekitar 12 tahun lagi bila tidak ditemukan cadangan baru.
Walaupun potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar tetapi pemanfaatan gas bumi dalam negeri masih terbatas. Hal ini disebabkan, belum tersedianya infrastruktur yang memadai untuk pemanfaatan gas bumi serta adanya ekspor gas dalam jumlah besar pada kontrak jangka panjang.
Dengan cadangan gas yang dimiliki, menunjukkan Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Di saat Indonesia tetap menjadi pengekspor LNG, bersamaan dengan itu permintaan terhadap gas alam domestik telah meningkat dua kali lipat dari 2005.
Dengan optimalisasi pemanfaatan gas, dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak. Selain itu meningkatkan kemandirian dari segi ketahanan energi.
Beberapa tahun belakangan pemerintah kembali gencar menggalakkan konversi BBM ke BBG. Terutama di sektor rumah tangga yaitu pengalihan minyak tanah pada gas elpiji. Namun kesukses tersebut tidak disusul oleh sektor transportasi, karena kendala pada infrastruktur dan ketersediaan converter kit.
Padahal penggunaan BBG untuk kendaraan sebenarnya sudah mulai diperkenalkan sejak 1986 di Indonesia. Ketika itu ribuan armada taksi di Jakarta menggunakan Compressed Natural Gas (CNG).
Sektor transportasi merupakan lahan yang penting dalam program konversi ini. Hal itu dikarenakan pertumbuhan populasi kendaraan yang meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data yang dirilis di situs Badan Pusat Statistik (BPS), perkembangan jumlah kendaraan di Indonesia sangat pesat. Dalam kurun waktu enam tahun saja, yaitu dari 2006 ke 2012, populasi kendaraan meningkat dua kali lipat.
Mengenal Gas, Energi Baik yang Ramah Lingkungan
Penggunaan gas secara modern di Inggris dimulai pada abad 17, disusul sebagai bahan bakar untuk penerangan di abad 18. Tak lama kemudian terbentuklah perusahaan yang menjadikan gas sebagai objek komersial. Penggunaan gas pun meluas di Eropa.
