Eksklusif
Video: Ini Dia Penyebab Pedagang Gelar Dagangan di Bahu Jalan
Namun demikian mobil yang parkir cukup banyak tanpa ditata rapi, membuat laju kendaraan yang melintas di kawasan itu tersendat.
Aktivitas jual beli yang dilakukan oleh pemasok dari luar daerah ini dilakukan di kedua sisi jalan.
Terutama di bagian sebelah kiri dari arah Jalan Arifin Ahmad.
Berbagai macam komoditas dijajakan. Mulai dari bawang, tomat, cabai, kol, kentang, sayur-sayuran, buah-buahan seperti nenas, dan berbagai hasil pertanian lainnya.
Dedi, salah seorang pedagang yang memasok barang dari luar daerah, mengemukakan ia membongkar barang dagangan setiap dini hari di Pasar Pagi Arengka dengan alasan lebih mudah menjangkau para pelanggan.
"Yang membeli barang sama saya kebetulan orang-orang yang berjualan di pasar ini. Jadi lebih mudah dan mereka (pedagang pasar) tidak perlu jauh-jauh membeli sayur dan sembako ke tempat lain," ujar Dedi saat berbincang dengan Tribun.
Disinggung mengenai aturan pemerintahan kota yang melarang aktivitas bongkar muat di pinggir jalan depan Pasar Pagi Arengka, Dedi menganggap itu sebagai hal biasa.
Alasannya, Pemko Pekanbaru belum menyediakan tempat khusus bagi mereka yang akan melakukan aktivitas bongkar muat sayur mayur dan hasil-hasil pertanian dari luar daerah.
"Jikalau nanti pemerintah membangun sebuah pasar induk, ya saya lihat dulu lokasi atau tempatnya dimana. Kalau jauh, ya tidak tahu juga, malah nanti pelanggan pada lari. Biaya mereka nambah karena jemput barang terlalu jauh. Kita pun (pemasok) gitu, nambah biaya lagi," terang Dedi.
Kata Dedi, melakukan aktivitas bongkar muat barang di Dapan Pasar Pagi Arengka, sama sekali tidak ada hambatan yang berarti. Karena setiap barang yang ia bawa dari luar daerah langsung diturunkan dan dibawa oleh pembeli.
"Paling di sini ya gelap, sempit karena banyak mobil yang parkir. Untuk barang, lancar saja (jual beli)," ungkap pemasok sayur mayur dan hasil pertanian lain dari Padang Luar, Sumatra Barat.
Disinggung soal pungutan liar (pungli) di lokasi bongkar muat, Dedi mengaku tidak ada.
Ia hanya membayar sewa lahan parkir Rp 2 ribu rupiah sejak pukul 2 dini hari hingga pukul 6 pagi.
Sementara itu, salah satu pedagang di los pasar Pasar Pagi Arengka, Lis mengaku cukup dimudahkan dengan langsungsungnya pemasok dari daerah melakukan bongkar muat di depan Pasar Pagi Arengka.
"Kalau udah disini tentu kita cuma bayar sewa tukang angkat pakai gerobak aja lagi. Kalau jauh ada tambahan biaya," ujarnya.
Hal berbeda dikatakan Yanti, perempuan yang belanja untuk memenuhi kebutuhan warungnya.