Citizens Journalism
Izinkan Aku Mengagumimu, Pak *)
Rachmat Djoko Pradopo (selanjutnya akan ditulis RDP) adalah nama yang tak akan pernah diragukan “kandungan” ilmiahnya.
Kalau sekarang?
Apa kata RDP ketika saya mengusulkan agar hal itu dipermasalahkan?
“Ah, biar saja, Dik,” jawabnya enteng tanpa ekspresi kegemasan sama sekali, apalagi dendam atau semacamnya.
Saya pun terpukau.
Suatu saat saya pergi ke sebuah toko buku dan menemukan tulisan seseorang dari PT X.
Sebagai keluarga jurusan tempat RDP mengabdi, apalagi saat itu saya menjadi asisten mata kuliahnya, Kritik Sastra, saya langsung merasakan bahwa buku itu tidak beres.
Pokoknya, kalau meminjam istilah para pakar teori resepsi atau semiotika, ada hubungan intertekstual yang sangat nyata antara buku itu dengan salah satu buku tulisan RDP.
Benar saja.
Pada sebuah kesempatan, RDP membawa buku yang saya maksud.
Lalu beliau memberi catatan.
“Gini, sesungguhnya (kata ini, sesungguhnya, adalah diksi khas RDP yang tidak akan pernah dilupakan oleh para koleganya) buku ini sama dengan buku saya.
Bahkan, dari awal halaman sampai selesai, sama.
Titik komanya juga sama,” jelasnya.
Saya menduga buku itu seperti HP digantichasing atau ganti “kondom” kalau memakai istilah gaul kekinian.
Saya ingat, waktu itu saya langsung meradang dan mengusulkan beliau mempermasalahkannya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/herumarwata_20171030_133558.jpg)