Diangkat Jadi PNS Setelah Berprestasi Internasional Mimpi Paralimpian Kampar Ini Jadi Kenyataan
Wanita asal Desa Siabu Kecamatan Salo ini masih giat berlatih menuju Asian Paragames 2018.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Afrizal
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Nando
TRIBUNPEKANBARU.COM, BANGKINANG- Rabu, 17 Januari 2018, adalah hari yang istimewa bagi Leana Ratri Oktila.
Atlet difabel cabang Bulutangkis asal Kampar ini diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau dahulu disebut Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ia menjadi satu dari 137 atlet normal dan paralimpik yang diganjar hadiah menjadi ASN oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Bagi Ratri, sapaan akrabnya, hadiah ini membuatnya lebih tenang menatap masa depan.
Wanita yang akan berusia 27 tahun pada 6 Mei nanti ini begitu bahagia.
"Ya, senang dan tenang. Masa depan lebih terjamin sekarang untuk atlet," ujar Ratri lewat pesan Whatsapp, Minggu (21/1/2018).
Kebahagiaan juga meliputi orang tua Ratri.
Baca: Rumah Lontiok di Kampar Mulai Punah, Kadis Kebudayaan: Ini karena Kurangnya Pelestarian
Baca: Sudah Latihan Bersama Jandia dan Defri Risky Jadi Tambahan Amunisi PSPS Lawan Bali United
Baca: Sebanyak 200 Lebih Perut Wanita Terlihat seperti Hamil, Seorang Dukun Ditangkap Polisi
Orang tuanya sangat bersyukur.
Ratri juga bangga, prestasinya dapat membahagiakan orang tua melalui pengangkatan dirinya sebagai ASN.
"Ini mimpi saya yang jadi kenyataan," katanya.
Sekarang, Ratri tercatat sebagai ASN di Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.
Wanita asal Desa Siabu Kecamatan Salo ini masih giat berlatih menuju Asian Paragames 2018.
Ia mengikuti Pelatihan Nasional (Pelatnas) iven yang akan dituanrumahi Indonesia ini.
Ratri dan temannya sesama atlet sejak awal sudah dijanjikan menjadi ASN oleh Pemerintah RI.
Atlet akan diangkat jika berprestasi pada ASEAN Paragames 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Yang dapat emas di Kuala Lumpur kemarin, langsung diangkat gitu," ujarnya.
Anak kedua dari 10 bersaudara ini masih mempunyai satu mimpi lagi.
Ia bercita-cita mengibarkan Merah Putih dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya pada Paralimpiade 2020 di Jepang.
Mimpi ini akan menjadi puncak karirnya di dunia olahraga sebelum gantung raket.
Ratri berpesan kepada atlet di Riau, khususnya Kampar, agar selalu giat berlatih.
"Tak perlu khawatir tentang masa depan karena kalau kita berprestasi, pasti negara akan perhatikan kita," ujarnya.
Istri dari Baharu Abdu ini juga berharap Pemerintah Daerah memperhatikan para atlet.
Perhatian itu akan dengan sendirinya melahirkan atlet-atlet yang luar biasa.
Permintaan Ratri mengingatkan kisahnya saat menjadi atlet kelas daerah.
Ia beberapa kali mengharumkan Kampar dengan medalinya.
Kala itu, ia merasakan perhatian Pemerintah Kabupaten Kampar yang begitu minim.
KONI Kampar bahkan pernah berjanji akan memberi perhatian bagi atlet dalam pendidikan dan pekerjaan.
Namun janji itu, tutur Ratri, hanya sebatas tulisan dalam berita koran yang sampai sekarang disimpannya.
Lima adiknya yang sudah membela Kampar sampai Riau dalam berbagai kejuaraan juga bernasib sama.
Sebenarnya, perhatian yang begitu minim sudah dirasakan sejak melakoni berbagai kejuaraan di masa kecilnya.
"Saya hanya dipanggil kalau ada kejuaraan aja," ujar Ratri.
Setidaknya, ada pembinaan secara rutin.
Namun itupun tidak didapatkannya.
Nama buah perkawinan pasangan F. Mujiran dan Gina Oktila ini kian diperhitungkan setelah memborong tiga medali emas sekaligus pada Parabadminton Internasional 2017 di Thailand.
Ia turun di nomor Single Putri, Ganda Putri dan Ganda Campuran.
Sebelumnya, segudang prestasi telah ia raih.
Mulai dari Pekan Paralimpik Nasional 2012.
Sederet medali juga dikoleksi paralimpian ini kala turun di Asian Para Games 2014, Indonesia Para Badminton Championship 2015 dan lainnya.
Ia mengawali kriprahnya di perbulutangkisan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.
Dimulai dengan kejuaraan usia dini sampai Pekan Olaraga Pelajar Daerah Kampar tahun 1999.
Di bawah bimbingan, dilatih sang ayah, ia menjadi atlet profesional seperti sekarang.
"Bisa dikatakan berdikari, sih. Orang tua yang biayai," kata Ratri.
Memasuki bangku SMA, Ratri bergabung ke sebuah klub Badminton di Pekanbaru.
Ia pertama sekali membela Kampar tahun 2006 sebagai atlet normal.
Kecelakaan lalu lintas tahun 2010 silam yang mengakibatkan kecacatan permanen, tidak membuatnya gantung raket.
Sempat dilarang kembali ke lapangan, ia berhasil meyakinkan orang tuanya akan mampu menjadi pahlawan olahraga walau dengan keterbatasan fisik.
Ia pertama sekali turun sebagai paralimpian pada kejuaraan bergengsi di Peparnas 2012. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/ratri-foto-bersama-menpora-imam-nahrawi_20180121_225532.jpg)