Merinding, Mahasiswi Psikologi dengan IPK 3.5 Tanpa Tangan Ini Punya Cerita Haru
Ia sedang membantu ayahnya membersihkan saluran air, ketika tiba-tiba besi yang digunakan, menyentuh kabel listrik bertegangan 33.000 volt.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Namun, pihak Puskesmas angkat tangan dan Tiara lalu dirujuk ke rumah sakit di Pekanbaru.
Dia dilarikan ke atas ambulans.
Suara ambulans meraung, tapi takdir Allah, ambulans itu kehabisan bahan bakar.
Mereka harus berhenti di stasiun pengisian bahan bakar terdekat.
Masalah belum selesai, ternyata ambulans ditunggu oleh antrian yang panjang.
Sebagian orang yang tak paham tak mau mengalah memberikan prioritas, meski dokter telah berteriak "Ada pasien kritis!".
Ambulans itu setengah jam menunggu pada antrian, dengan pasien kesengat listrik dalam keadaan koma dan kritis di atasnya.
Kadang-kadang, di situlah rasa empati diperlukan.
Selesai mengisi bahan bakar, ambulance bersiap untuk berlari kencang namun disambut lagi oleh kemacetan panjang.
Ternyata, itu sebagai akibat kecelakaan truk dengan minibus.
Lagi-lagi ambulans itu harus menunggu tanpa ada pilihan, sementara pasien kritis sedang ada di dalamnya.
"Apa daya jalanan macet karena ada kecelakaan lalu lintas. Padahal, kedatangannyapun sudah terlambat karena kehabisan bensin," ucap Tiara.
Sesampainya di sebuah rumah sakit di Pekanbaru, Tiara langsung dibawa ke ruang operasi.
Luka bakarnya dibersihkan kemudian dimasukkan ke UGD.
Selama delapan hari, Tiara harus dirawat di UGD untuk memulihkan kondisi tubuh yang hangus terbakar.
