Siak
Berpuluh Tahun Bergelut dengan Lumpur, Warga Rimba Cempedak Rindukan Aspal
Berpuluh tahun bergelut dengan kumpur kalau hendak keluar atau masuk kampung, warga Rimba Cempedak rindukan aspal
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nolpitos Hendri
"Kalau musim begini kami tak berani keluar. Jalan licin, jadi kemari salah. Keluar atau masuk pasti berkubang lumpur dan itu membahayakan," kata Kepala Dusun Rimbacempedak, Ahadim (48) kepada Tribunsiak.com, Kamis (18/10/2018).
Menurut Ahadim, kampung itu didirikan kakeknya sejak zaman Belanda.
Cempedak hutan tumbuh liar dan subur di kampung itu.
Sejak 1991, pohon cempedak ditebangi warga untuk menanam sawit.
Tanah-tanah diperjualbelikan sehingga rimba cempedak hutan diganti menjadi perkebunan sawit.
"Sekarang ini hanya tinggal beberapa batang cempedak hutan. Hanya satu dua yang bisa kita temui sekarang," kata dia.
Kampung tersebut hanya dihuni oleh lebih kurang 55 KK dan jumlah penduduk 190 jiwa serta Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 123 orang.
Warga sekitar lebih banyak bekerja sebagai buruh perkebunan sawit.
Baca: VIDEO: Tim Safari Sinergitas Pemilu Forkopimda Provinsi Riau Deklarasikan Pemilu Damai di Pelalawan
Baca: VIDEO: Penyidik Polda Cek Kebun Sawit Kemitraan PTPN V dengan Koperasi di Siak Hulu
Sedangkan kebun-kebun sawit itu dimiliki oleh para orang kaya yang berada di pusat-pusat kecamatan.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman sempat menurunkan alat berat pada 2017 lalu untuk memperbaiki jalan yang penuh kubangan lumpur, sehingga sebagian jalan sudah ada yang dibase.
"Pak Bupati Syamsuar belum permah masuk ke kampung ini. Tapi kalau Pak Alfedri sudah sering. Dulu dalam rangka penyerahan sapi dari BAZ pada 2013 serta acara penyuluhan Narkoba," kata dia sembari menunjukan foto Alfedri saat berkunjung.
Hebatnya, sebagai kepala dusun, Ahadim harus berkendara sejauh 20 Km ke kantor pemerintahan kampung jika diundang rapat.
Ahadim juga menghadapi jalan-jalan berkubang dan licin.
"Kadang saya kepeleset karena licin. Sampai di Lubukdalam kadang saya singgah ke mesjid untuk membasuh celana yang kotor. Baru ke kampung Kerinci Kanan," kata dia.
Sedangkan honorarium yang diterima Ahadim sudah naik sejak 2018 ini.
