Siak
Berpuluh Tahun Bergelut dengan Lumpur, Warga Rimba Cempedak Rindukan Aspal
Berpuluh tahun bergelut dengan kumpur kalau hendak keluar atau masuk kampung, warga Rimba Cempedak rindukan aspal
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nolpitos Hendri
Paling sedikit Ahadim terima Rp 1,5 juta perbulan.
"Terimanya tidak tentu, kadang ada 4 bulan sekali. Macet macet juga," kata dia.
Kendati begitu, Ahadim justru tidak memikirkan honorarium itu.
Ia mengatakan, warga hanya minta jalan diaspal, minimal dibase dulu pada jalan-jalan yang lunak.
Baca: VIDEO: Link Live Streaming Piala AFC U-19 Indonesia vs Taiwan, Live RCTI Jam 18.30 WIB Malam Ini
Baca: Hashim Djojohadikusumo Lakukan Media Visit ke Kantor Tribunnews
"Berpuluh tahun lamanya kami merindukan jalan beraspal. Tapi belum dilaksanakan. Pernah saya minta sama Pak alfedri agar jalan dibase, dikeraskan dulu. Waktu itu katanya aspal aja langsung. Tapi nyatanya gak ada juga sampai sekarang," kata dia.
Listrik PLN juga belum masuk ke sana.
Warga memanfaatkan bantuan PLTS pada 2013 lalu untuk penerangan pada malam hari.
Untuk memperkuatnya, masing-masing rumah juga mempunyai mesin genset.
"Batrai PLTS itu sekarang juga banyak yang rusak," kata Ahadim.
Terkait tahun politik ini, Ahadim juga menyebut beberapa calon legislatif (Caleg) mulai masuk untuk mendulang suara warga.
"Tapi kami tidak memaksa warga atau membuat kesepakatan untuk memilih satu orang caleg. Semuanya bebas memilih tanpa ada embel-embel, sebab kampung kami begini aja dari dulu," kata dia sambil tertawa. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/berpuluh-tahun-bergelut-dengan-lumpur_20181018_175207.jpg)