Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kronologi & Pengakuan Tokoh Masyarakat Dibalik Foto Viral Salib Dipotong Saat Pemakaman

Masyarakat Kotagede, Yogyakarta memotong salib pada makam seorang warga Kristen, acara prosesi doa yang biasanya dilakukan umat katolik juga batal

(JP/Bambang Muryanto)
Simbol salib yang dipotong di Kotagede 

Ia mengungkapkan warga di Purbayan sangat toleran, bahkan warga juga membantu prosesi penguburan jenazah Slamet.

Terkait dengan pemotongan salib tersebut, hal tersebut sudah menjadi kesepakatan antara masyarakat dan keluarga.

Istri Slamet, Maria Sutris Winarni bahkan telah membuat surat pernyataan bahwa dirinya tak keberatan.

"Jadi begini, di sini memang kampung muslim, makam yang digunakan juga makam muslim. Di kampung hanya ada 3 yang non muslim. Viralnya foto pemakaman itu mengarah kalau kami intoleran. Itu tidak benar, kami sangat toleran. Kami bantu prosesinya, kegiatan warga pun kami sama-sama," ungkapnya saat ditemui di kampungnya Selasa (18/12/2018).

"Untuk pemakaman, kami perbolehkan. Atas kesepakatan antara keluarga, pengurus makam, tokoh masyarakat, dan pengurus gereja. Istrinya sudah membuat pernyataan kalau tidak mempermasalahkan hal tersebut," sambungnya.

Dalam surat pernyataan tersebut, Winarni menyatakan bahwa dirinya iklas dan tidak mempermasalahkan pemotongan papan nama almarhum (salib).

Surat peryataan tersebut ditandai oleh Warni dia atas materai, yang juga tandatanhi oleh tokoh masyarakat, pengurus RT dan RW.

"Dalam kesepakatan itu, boleh dimakamkan asalkan makamnya berada di pinggir dan tidak ada tanda Nasrani. Sudah ditanda tangani. Jadi ya tidak masalah sebenarnya,karena memang sudah kesepakatan," lanjutnya.

Sementara itu, Ketua RW 13 Purbayan, Slamet Riyadi mengatakan kesepakan tersebut dibuat agar tidak terjadi gejolak di masyarakat.

Ia mengatakan sebelumnya belum pernah ada warga non muslim yang dimakamkan di makan tersebut.

"Kesepakatan ini supaya tidak mencolok dan tidak membuat gejolak di masyarakat yang lebih besar. Kebetulan Pak Slamet ini baru yang pertama. Jadi kami buat kesepakatan agar situasi di kampung juga tetap kondusif," katanya.

"Kami tetap melakukan aktivitas seperti biasa, kalau ada acara ya sama-sama. Tetapi kalau ibadah ya silakan di tempat saudara atau di gereja," sambungnya.

Menurutnya penyebar foto tersebut adalah orang luar kampung yang tidak tahu duduk perkara, dan asal publikasi.

Lurah Purbayan, Suradi pun menyayangkan viralnya foto tersebut.

Terlebih ditambahi tulisan yang sangat profokatif. Ia berharap masyarakat mencari tahu terlebih dahulu sebelum publikasi.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved