Indragiri Hulu
Warna-warni Dinding Paud Arini Jadi Saksi, Pengalaman Guru Berprestasi Nasional Belajar di Denmark
Warna-warni dinding Paud Arini jadi saksi, pengalaman Guru Berprestasi Nasional belajar di Denmark bernama Henny asal Indragiri Hulu
Penulis: Bynton Simanungkalit | Editor: Nolpitos Hendri
Henny berkata di Denmark juga terdapat sejumlah fasilitas belajar non formal atau semacam PKBM yang dinamakan KUBA namun tidak pernah mengeluarkan sertifikat, sehingga untuk memperoleh sertifikat siswa tersebut harus masuk TEC.
Selain berkunjung ke fasilitas pendidikan, rombongan juga diajak berkunjung ke perpustakaan umum di kota Frederiksberg.
Perpustakaan yang dilengkapi dengan mesin sensor buku, sehingga pengunjung tidak perlu direpotkan saat akan mengembalikan buku.
"Pengunjung yang ingin mengembalikan buku hanya meletakkannya di atas mesin lalu mesin berjalan dan kemudian buku masuk ke rak masing-masing," kata Henny menjelaskan cara kerja mesin pengatur buku tersebut.
Perpustakaan di Denmark juga terbuka selama 24 jam, sehingga meski pegawai sudah tidak bertugas, namun pengunjung tetap bisa beraktifitas di dalam perpustakaan.
"Kalau buku hilang mereka tidak khawatir, mereka hanya menjawab nanti kita ganti lagi," katanya.
Pengalaman tersebut menjadi pengalaman berharga, hal ini bisa diterapkan untuk meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan.
Baca: KARHUTLA di Riau, Kalaksa BPBD Riau Sebut Bengkalis Juara, Luas Hutan dan Lahan Terbakar 117 Hektar
Baca: KARHUTLA, Polres Bengkalis Tetapkan Satu Orang Tersangka Kebakaran Lahan di Rupat
Baca: KARHUTLA, Seluas 223 Hektar Hutan dan Lahan Terbakar di Bengkalis, BPBD Minta Bantuan Water Bombing
Henny menjelaskan bahwa selama berada di Denmark, mereka diberitahu bahwa semua pembangunan Denmark berasal dari pajak yang diperoleh dari masyarakat.
Meski pajak di negara tersebut sangat besar, namun pajak tersebut terkelola dengan baik untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada di Denmark.
Bahkan untuk pendidikan anak juga dibayar oleh negara dengan pajak yang dibayarkan oleh masyarakat.
Momen-momen berada di Denmark juga dimanfaatkan oleh rombongan dengan melakukan wisata di seputar kota.
Salah satu yang mereka kunjungi adalah dermaga.
Henny mengaku tak banyak yang bisa dinikmati selama di dermaga, pasalnya suhu di dermaga tersebut begitu dingin.
Namun mereka bisa melihat matahari di dermaga yang bersembunyi di balik awan.
"Di situlah saya baru sadar kenapa banyak turis datang ke Indonesia mencari matahari," kata Henny.
Henny melanjutkan mereka sempat berkunjung ke Swedia. Namun mereka tidak sempat berbelanja karena mata uang yang berbeda.
Pada tanggal 12 November 2018, rombongan kembali ke Indonesia dan tiba di tanah air pada tanggal 13 November 2018.
Pengalaman berharga berkunjung ke kampus-kampus hebat di Denmark itu menambah semangat Henny untuk terus mengabdi demi memajukan pendidikan di Indonesia terutama Inhu. (*)