Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Muara Takus, Tempat Belajar Ribuan Biksu yang Layak Jadi Warisan Dunia

Candi Muara Takus yang terletak di Kecamatan XIII Koto itu dahulu kala diyakini menjadi tempat berkumpulnya ribuan biksu untuk menuntut ilmu

Penulis: Hendra Efivanias | Editor: Firmauli Sihaloho
tribunpekanbaru.com/Hendra Efivanias
MUARA TAKUS - Ribuan umat Buddha dari sejumlah wilayah berkumpul melakukan perayaan Waisak Nasional 2019 di komplek Candi Muara Takus Kabupaten Kampar beberapa waktu lalu. Muara Takus diharapkan masuk dalam situs warisan dunia oleh UNESCO. Tribun Pekanbaru/Hendra Efivanias 

Candi Muara Takus yang terletak di Kecamatan XIII Koto itu dahulu kala diyakini menjadi tempat berkumpulnya ribuan biksu untuk menuntut ilmu. Satu di antaranya yaitu biksu asal Tiongkok, I-Tsing yang mempelajari bahasa Sansekerta sebelum menunaikan niatnya belajar Buddha Dharma di India.

Dilansir dari Historia.id, catatan I-Tsing atau Yi Jing, semua biksu di Fo-shi mempelajari mata pelajaran yang sama dengan yang dipelajari di Nalanda. Misalnya, Pancavidya yang mencakup pelajaran tata bahasa, pengobatan, logika, seni, keterampilan kerajinan, dan ilmu mengelola batin.

I-Tsing bahkan merekomendasikan jika biksu ingin ke Nalanda, yang konon susah sekali, baiknya belajar dulu di Sriwijaya.

Banyak keuntungan yang dapat dirasakan jika candi ini masuk situs warisan dunia. Salah satunya menurut Suwardi, akan semakin banyak peneliti yang belajar dan melakukan kajian di Muara Takus. Hal itu membuka kemungkinan semakin banyaknya fakta sejarah baru yang dapat tergali dari situs tersebut.

Suwardi meyakini, masih banyak yang bisa digali dari area sekitar Muara Takus. Karena, di masa pemerintahan Belanda dulu, area candi itu yang berhasil ditemukan baru sekitar 2 kilometer persegi. Di masa kemerdekaan, bertambah menjadi 25 kilometer persegi.

Terakhir, Suwardi menyebut ada ditemukan lagi ratusan area yang dipercaya menyimpan situs bersejarah.

“Itu masih yang di daratan, belum masuk area yang sudah ditenggelamkan untuk waduk Koto Panjang,” katanya kepada Tribun, Jumat (21/6/2019).

Karena itu, penetapan oleh UNESCO dianggap penting jika ingin lebih dalam menguak hubungan bangsa Cina, India dan Melayu (Sriwijaya) di masa lalu.

Cepat atau tidaknya penetapan oleh UNESCO memang cukup penting bagi berbagai pihak.

Tapi yang tak kalah penting, sejarah mencatatkan bahwa Muara Takus memiliki peran sentral yang mengharmoniskan berbagai orang dari macam-macam latar belakang. Yaitu rasa persatuan. (Tribunpekanbaru.com/Hendra Efivanias)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved