G30S PKI
6 Versi Penculikan yang Menyebabkan 7 Jenderal Gugur hingga Kubu PKI Terpecah
enam versi dalang Gerakan 30 September tahun 1965 yang menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI dan menimbulkan genosida yang menewaskan ribuan orang
6. Sjam Kamaruzaman sebagai Ketua Biro Chusus Central PKI
Versi yang keenam ini adalah versi yang paling mutakhir. Pertama kali disampaikan oleh John Roosa dalam bukunya berjudul Dalih Pembunuhan Massal : Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto(2008).
Dalam bukunya Roosa mengungkapkan bahwa dalam tubuh PKI sebenarnya tidak ada sistem komando yang terpusat.
Dalam tubuh PKI ada 2 kubu yaitu kubu militer (Letkol Untung, Latief, dan Sujono) dan Biro Chusus (Sjam, Pono, dengan Aidit sebagai latar belakang).
Memang keberadaan Biro Chusus seperti hantu, tidak terlalu terekspos dan tidak banyak yang tahu karena memang tujuan pembentukannya adalah sebagai badan intelejen, organisasi bawah tanah PKI yang bertugas menyusupi tentara.
Badan ini dibentuk oleh Aidit-ketua umum PKI-dan berada langsung di bawah komando Aidit.
Sjam memegang peranan penting karena bertindak sebagai penghubung antara pihak Untung dengan Aidit.
Sayangnya Sjam tidak benar-benar menjadi penghubung.
PKI terpecah
Banyak laporan di lapangan yang kemudian tidak disampaikan kepada Aidit tetapi justru ditindaklanjuti sendiri.
Saat upaya rencana penggagalan Dewan Jenderal disampaikan kepada Presiden Soekarno, beliau menolak tindakan tersebut.
Dari sini kubu PKI terpecah menjadi 2. Kubu militer yang dipimpin oleh Letkol Untung ingin mematuhi Bung Karno tetapi kubu Biro Chusus yang dipegang Sjam ingin melanjutkan rencana.
Perpecahan yang disebabkan arogansi Sjam ini menyebabkan :
·Lamanya selang waktu antara pengumuman pertama dengan pengumuman selanjutnya. Juga menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama dan kedua sangat drastis.
Pagi hari diumumkan bahwa Presiden Soekarno dinyatakan selamat dari rencana Dewan Jenderal. Tetapi siangnya langsung diumumkan pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.
·Gagalnya gerakan ini karena ada kerancuan yang nyata antara “menyelamatkan presiden” dengan cara menculik Dewan Jenderal dengan “percobaan kudeta” dengan cara membentuk Dewan Revolusi dan membubarkan kabinet.
Dalam versi keenam ini terungkap bahwa sebenarnya G30S lebih tepat dikatakan sebagai aksi-untuk menculik tujuh jenderal dan dihadapkan pada Presiden, bukan gerakan.
Sebab, peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah yang dapat ditumpas dalam waktu singkat.
Namun aksi yang berakibat fatal-dengan terbunuhnya enam jenderal-karena perencanaan yang buruk dan arogansi Sjam ini dijadikan dasar oleh Soeharto untuk menumpas PKI sampai ke akar-akarnya.
Semisal Sjam Kamaruzaman melaporkan kondisi sebenarnya kepada Aidit bahwa kekuatan mereka belum sempurna, kemudian hanya diputuskan untuk menculik ketujuh jenderal, lalu dihadapkan kepada Presiden untuk dimintai pertanggungjawaban tentang Dewan Jenderal, maka mungkin sejarah akan berkata lain.
Mungkin massa akan turun ke jalan menuntut dipecatnya ketujuh jenderal kemudian tokoh-tokoh PKI akan diberikan posisi strategis di pemerintahan oleh Presiden Soekarno.
Mungkin juga Soeharto tidak akan berkuasa selama 35 tahun di negeri ini.
Hanya kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimunculkan dari fakta sejarah karena sejarah tidak bisa dikembalikan.
