Berita Riau

POLEMIK Obat Mengandung Ranitidine di Riau, Diskes Pastikan sudah Tidak Ada di Puskesmas dan RSUD

Polemik obat mengandung ranitidine di Riau, Dinas Kesehatan atau Diskes pastikan sudah tidak ada di Puskesmas dan RSUD

Penulis: johanes | Editor: Nolpitos Hendri
internet
POLEMIK Obat Mengandung Ranitidine di Riau, Diskes Pastikan sudah Tidak Ada di Puskesmas dan RSUD 

Nomor Bets Produk Beredar:

GP4Y JG9Y XF6E

Rinadin Sirup 75 mg/mL, pemegang izin edar PT Global Multi Pharmalab

Nomor Bets Produk Beredar:

0400518001

0400718001

0400818001

Indoran Cairan Injeksi 25 mg/mL, pemegang izin edar PT Indofarma

Nomor Bets Produk Beredar:

BF171008

Ranitidine Cairan Injeksi 25 mg/mL, pemegang izin edar PT Indiofarma

Nomor Bets Produk Beredar:

BF171009 s/d 021

Sebelumnya diwartakan, Setelah Amerika Serikat, penarikan obat maag ranitidine mulai terjadi di beberapa negara lain, di antaranya di Bangladesh.

Badan pengawas obat-obatan Bangladesh pada Minggu (29/9/2019) mengeluarkan larangan penjualan obat maag populer ranitidine, selama penyelidikan potensi zat penyebab kanker dalam obat tersebut.

Langkah itu mereka lakukan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memperingatkan bahwa beberapa pil ranitidine mengandung sejumlah kecil N-nitrosodimethylamine (NDMA), zat yang menurut mereka kemungkinan bersifat karsinogen, alias memicu kanker.

"Kami telah melarang impor bahan baku, produksi dan penjualan ranitidine hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata Khandaker Sagir Ahmed, direktur otoritas pengawas obat-obatan Bangladesh, menambahkan bahwa keputusan tersebut diambil sebagai tindakan pencegahan.

Produsen obat di seluruh dunia telah mulai menarik obat maag yang dikonsumsi secara luas, antara lain dengan nama dagang Zantac.

Sementara FDA dan regulator obat Eropa tengah meninjau apakah tingkat NDMA rendah di ranitidine menimbulkan risiko kesehatan bagi pasien.

Perusahaan farmasi Bangladesh yang terkena dampak ini adalah Beximco Pharmaceuticals dan Square Pharmaceuticals.

Masing-masing memproduksi ranitidine dengan merek Neoceptin R dan Neotack.

Otoritas pengawas obat Bangladesh akan menguji sampel obat tetapi juga meminta produsen dalam negeri untuk menguji obat mereka di laboratorium terakreditasi dan mengirim laporan ke pengawas, kata Ahmed seperti dikutip Reuters yang dilansir Kontan.

Ranitidine merupakan obat yang kerap digunakan sebagai terapi pengobatan terkait dengan asam lambung.

Situs resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) tengah mengkaji beberapa obat ranitidine karena mengandung N-Nitrosodimethylamine (NDMA) kadar rendah.

NDMA disinyalir sebagai sumber karsinogen atau zat penyebab kanker pada manusia.

NDMA juga dikenal sebagai pencemar lingkungan yang kerap ditemukan dalam air, makanan termasuk daging, produk susu, dan sayuran.

FDA akan mengambil tindakan terkait investigasi yang saat ini tengah dilakukan.

Saat ini tidak ada larangan dari FDA kepada individu untuk berhenti minum Ranitidine.

Meski demikian, bagi pasien yang khawatir dan ingin menghentikan pemakaian obat ini, diimbau untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada tenaga ahli.

Di Singapura, Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (HAS) menemukan delapan merk obat ranitidine yang mengandung sejumlah pengotor NDMA yang melebihi batas aman.

Kompas.com menulis, atas penemuan tersebut HAS menghentikan penjualan dan pasokan obat-obatan ranitidine yang tercemar.

Penentuan aman tidaknya didasarkan pada batas aman jika pasien terus meminum obat yang terkena dampak setiap hari selama 70 tahun seumur hidup.

Dalam penelitiannya, HSA menemukan produk-produk tersebut sudah melebihi kadar aman.

Tribunpelalawan.com/Johannes Wowor Tanjung - POLEMIK Obat Mengandung Ranitidine di Riau, Diskes Pastikan sudah Tidak Ada di Puskesmas dan RSUD

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved