Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

KISAH Perawat ICU yang Bertugas Cabut Ventilator Pasien Covid-19 lalu 5 Menit Pasien Meninggal

Langkah ini memungkinkan tubuh pasien melawan infeksi dan sembuh, tetapi kadang-kadang tidak cukup membantu.

Silvio AVILA / AFP
Seorang dokter merawat seorang pasien yang terinfeksi COVID-19 di Unit Perawatan Intensif dari Hospital de Clinicas, di Porto Alegre, Brasil, pada 15 April 2020 lalu. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Banyak kisah yang terjadi dan dapat diceritakan selama Pandemi Covid-19 ini.

Salah satunya ialah tenaga medis.

Kali ini, kisah tenaga medis itu berasal dari Inggris. 

Diceritakan  Juanita Nittla, perawat kepala ruang di Unit Perawatan Intensif (ICU) di Royal Free Hospital, London, Inggris, dan telah mengabdikan hidupnya di Badan Kesehatan Inggris (NHS) sebagai perawat spesialis perawatan intensif selama 16 tahun terakhir.

Tugasnya, kata perempuan berusia 42 tahun itu, traumatis dan menyakitkan.

"Terkadang saya meresa seperti saya bertanggung jawab atas kematian seseorang."

Ventilator mengambil alih proses pernapasan tubuh ketika virus corona sudah sampai pada tahap membuat paru-paru gagal berfungsi.

Langkah ini memungkinkan tubuh pasien melawan infeksi dan sembuh, tetapi kadang-kadang tidak cukup membantu.

Tim medis harus mengambil keputusan sulit tentang kapan harus menghentikan perawatan kepada pasien yang kondisinya tidak membaik.

Keputusan diambil setelah pertimbangan matang, dengan menganalisis sejumlah faktor, seperti usia pasien, penyakit bawaan, reaksi tubuh terhadap virus dan peluang kesembuhan.

Ketika memulai tugasnya di pagi hari pada pekan kedua April, Nittla diberita tahu bahwa tugas pertamanya adalah menghentikan perawatan bagi seorang perawat berusia 50-an tahun yang menderita Covid-19.

Amien Rais Gugat Perppu Penanganan Corona, Wakil Ketua DPR RI: Bagus Kalau Ada yang Tidak Setuju

Jaksa Siapkan Tuntutan untuk Mantan PR IV UIR Terkait Dugaan Korupsi Dana Hibah Penelitian

JUMLAH ODP Covid-19 di Kampar Kembali Bertambah 15 Orang Hari Ini

Menghubungi keluarga
Dengan adanya pembatasan yang diberlakukan pada saat itu maka ia harus menjelaskan apa yang akan terjadi kepada putri dari pasien yang bersangkutan melalui sambungan telepon.

Belakangan Menteri Kesehatan Matt Hancock mengumumkan bahwa anggota keluarga pasien boleh menjenguk pasien yang sekarat, berdasarkan panduan virus corona baru.

"Saya meyakinkan kepada putrinya bahwa ibunya tidak kesakitan dan tampak nyaman," kata Nittla.

"Saya juga menanyakan tentang keinginan ibunya dan hal-hal yang perlu dilakukan sesuai dengan ketentuan agamanya."

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved