Pentagon Bereaksi Keras Dengar Kabar Rusia Bersekongkol dengan Taliban untuk Membunuh Tentara AS
Pantagon mulai geslisah, Dengar informasi adanya persekongkolan Rusia dan milisi Taliban untuk membunuh tentara Amerika Serikat
TRIBUNPEKANBARU.COM- Dengar kabar Rusi memberikan imbalan bagi milisi Taliban untuk membunuh tentara Amerika Serikat di Afganistna, pihak Pentagon yang merupakan induk militer di AS langsung bereaksi.
Pantagon bahkan siap m,engambil tindakan jika memang militer AS bisa membuktikan adanya persekongkolan Rusia dengan milisi Taliban.
Rusia dan Taliban membantah jika mereka bersekongkol. Intelijen AS juga harus memberikan pembuktian yang kuat untuk bisa memastikan adanya persekongkolan yang merugikan Amerima itu
Keterangan itu disampaikan pada Kamis (9/7/2020), menyusul adanya laporan Rusia menawarkan imbalan bagi milisi tersebut untuk membunuh tentara AS di Afghanistan.
• Rutinkan Baca Surat Al Kahfi Setiap Hari Jumat, Dapatkan Keistimewaan dan Keutamaan Ini
• Istana Bakal Bangkitkan Tim Pemburu Koruptor, Yakin Bisa Bawa Pulang Koruptor Kelas Kakap ini?
Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley dan Menteri Pertahanan AS Mark Esper membahasnya di depan komite kongres.
Jajaran kabinet Donald Trump kini sedang dalam tekanan, untuk menjelaskan laporan dari The New York Times yang mengklaim presiden telah diberitahu oleh intelijen, tapi tidak melakukan apa-apa.
Dilansir dari AFP Kamis (9/7/2020), Milley mengatakan informasi itu "tidak kuat".
"Kami akan membahasnya. Kami akan mencari tahu apakah, pada kenyataannya, itu benar. Dan jika itu benar, kami akan bertindak," lanjutnya, tapi tidak menjelaskan lebih lanjut tindakan apa yang mungkin diambil.
Milley menambahkan, Washington sudah tahu sejak lama bahwa Rusia telah mendukung pemberontak Afghanistan, termasuk melalui pengiriman senjata.
Tetapi dalam kasus Rusia kali ini, "kami tidak punya bukti nyata yang kuat, tentang intelijen yang menyebutkannya. Itu perbedaan besar."
Mark Esper menyetujui pernyataan Milley dengan mengatakan, "Semua badan intelijen pertahanan tidak dapat membenarkan laporan itu."
Namun ia menambahkan, "Para komandan menanggapi semua laporan dengan serius, terlepas dari tingkat kredibilitas atau kerahasiaan."
Laporan tentang dugaan persekongkolan Rusia-Taliban ini pertama kali diumbar oleh The New York Times bulan lalu, yang kemudian diikuti media-media "Negeri Paman Sam" lainnya.
Gedung Putih mengklaim, Presiden Donald Trump tidak diberitahu oleh intelijen karena tudingan itu tidak valid.
Akan tetapi The New York Times yang mengutip beberapa pejabat AS melaporkan, intelijen termasuk dalam pembahasan harian presiden para Februari.
Media tersebut juga melaporkan, para perwira intelijen AS dan pasukan khusus di Afghanistan mulai meningkatkan kewaspadaan pada awal Januari.
• Heboh Foto Mesum Diduga Siswi SMA Prabumulih, Masih Pakai Baju Pramuka
• Klaster Secapa TNI AD, 1.262 Orang dari Calon Perwira dan Pelatih Positif Covid-19, Ini Kata DPR
Dewan Keamanan Nasional juga disebut telah mengadakan pertemuan antarlembaga pada akhir Maret, untuk membahas kemungkinan tanggapan apa yang akan dilakukan.
Namun Gedung Putih tidak mengizinkan tindakan apa pun dilakukan.
Rusia dan Taliban membantah klaim persekongkolan mereka.
Tudingan persekongkolan ini muncul ketika Trump hendak menarik mundur pasukan militer AS dari Afghanistan.
Penarikan pasukan dari area konflik adalah salah satu tuntutan utama Taliban dalam perjanjian damai, yang jika terwujud akan mengakhiri perang terlama AS.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jika Rusia-Taliban Terbukti Bersekongkol, Pentagon Akan Bertindak
• Disebut Bangkrut karena Kasus Narkoba, Begini Kata Roro Fitria
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/pesawat-pembom-milik-amerika-serikat.jpg)