Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

2 Camat di Makassar Positif Corona dan Lakukan Karantina Mandiri, Pelayanan Publik Tetap Beroperasi

Camat Panakkukang Muh Thahir Rasyid dan Camat Wajo Ansar Kalam positif terjangkit Covid-19 berdasarkan hasil swab.

Editor: CandraDani
FACEBOOK.COM/DWI RESKIYAH FAJRIYANTI SUTANDI
ILUSTRASI KARANTINA MANDIRI, Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi (kiri) dan Tri Buana Lestari Sutandi (kanan), mahasiswi FTI UMI dan UIN Alauddin Makassar, Sulsel, foto bareng di gubuk empangnya, di Mamuju Tengah, Sulbar. Mereka melakukan karantina mandiri di gubuk itu agar Virus Corona ( Covid-19 ) tak menular ke keluarganya. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Camat  Panakkukang Muh Thahir Rasyid dan Camat Wajo Ansar Kalam positif terjangkit Covid-19 berdasarkan hasil swab.

Kabag Humas Pemkot Makassar Firman Pagarra mengatakan, kedua camat telah mengumumkan kabar tersebut kepada publik.

Sementara belasan camat lainnya dan pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Makassar yang berkontak dengan pasien telah menjalani swab test.

“Awalnya Pak Camat Panakukang yang terkonfirmasi Covid-19. Kemudian seluruh camat dan beberapa pejabat di Pemerintah Kota Makassar yang pernah merasa kontak dengan camat Panakkukang langsung melakukan swab test dan hasilnya negatif,” kata Firman saat dikonfirmasi wartawan, Senin (13/7/2020),

Firman mengatakan, kedua pasien berstatus orang tanpa gejala telah melakukan karantina mandiri.

Seorang yang Positif Virus Corona Sengaja Menggelar Pesta, Satu Tamunya Terinfeksi dan Meninggal

“Kalau terpaparnya dua camat itu susah untuk di tracing, sebab mereka setiap harinya bersentuhan dengan masyarakat banyak. Pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menjalankan fungsinya sebagai camat,” tuturnya.

Meski demikian, tambah Firman, pelayanan publik di Kota Makassar tetap berjalan.

Karena ada masing-masing camat mempunyai sekretaris yang menjalankan tugas untuk sementara waktu.

Camat Kesulitan Tracing Warga Positif Covid-19

Sejumlah camat di Kota Surabaya, Jawa Timur, kesulitan melacak warga yang terkonfirmasi positif virus corona baru atau Covid-19 di wilayah mereka.

Camat Genteng Linda Novanti mengatakan, data yang didapat dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur melalui Dinas Dinas Kesehatan Surabaya, kerap tak sesuai dengan kependudukan warganya.

"Bahkan pernah ada dua nama yang usianya beda pula, namun tertulis di alamat yang sama," kata Linda di Surabaya seperti dikutip dari Antara, Kamis (25/6/2020).

UPDATE Covid-19 di Indonesia 12 Juli 2020, Kasus Positif Bertambah 1.681, Totalnya Jadi 75.699

Setelah dilacak bersama tim medis dari puskesmas, ternyata dua nama itu merupakan satu orang yang sama dan sudah tidak tinggal di Surabaya. 

"Setelah kita sisir ternyata orang tersebut hanya ada satu orang dan sudah tidak tinggal di Surabaya selama tiga bulan," ujarnya.

Menurutnya, warga tersebut bekerja di luar kota. Warga itu pulang ke Surabaya untuk berobat.

"Artinya, di sini hanya ada satu warga, bukan dua. Tapi data yang kami terima itu ada dua orang. Datanya itu tertulis double. Kami sudah lakukan verifikasi dan sudah beres," kata Linda.

Pengalaman serupa juga pernah dialami Camat Wonokromo Tomi Ardiyanto. Tomi sering menemukan data yang tak sesuai.

Salah satu pengalamannya saat mencari seorang pasien berinisial A. Berdasarkan data di KTP, pasien itu tinggal di wilayahnya.

"Setelah ditelusuri ternyata warga tersebut sudah 30 tahun tidak tinggal di Surabaya," katanya. 

Lebih lanjut, pihaknya butuh waktu menemukan pasien itu karena masih tercatat di data kependudukan.

"Kami sudah tanyakan kepada warga setempat, RT/RW dan juga tetangga dekatnya," ujarnya.

Tak Ada Gejala, Prof Runtung Sitepu Positif Covid-19, Rektor USU:Kematian di Tangan Tuhan

Setelah melakukan verifikasi dan tak menemukan warga tersebut, pihaknya membuat berita acara atau surat keterangan.

Dalam surat itu dilaporkan warga berinisial A tidak tinggal di wilayah itu. 

"Kadang juga ada rumahnya yang kosong. Jadi, surat itulah yang menjadi dasar pemerintah kota kalau sudah melakukan verifikasi dan klarifikasi tentang keberadaan pasien konfirmasi Covid-19 itu," ujarnya.

Camat Tambaksari Ridwan Mubarin juga punya pengalaman yang hampir serupa. Pada 1 Juni 2020, salah seorang warganya dinyatakan positif Covid-19 berdasarakan tes swab.

Warga itu lalu dikarantina di Hotel Asrama Haji selama dua pekan. Setelah itu, warga tersebut diizinkan pulang karena dinyatakan sembuh dari Covid-19.

"Tapi namanya masih saja muncul sebagai orang yang positif. Dia ternotifikasi dua kali, sehingga itu menambah jumlah pasien Covid-19 yang ada di Kota Surabaya," kata Ridwan.

Camat Sawahan Yunus mengamini pengalaman Ridwan. Ia beberapa kali mendapati nama warganya yang telah sembuh muncul kembali.

 Nama itu bahkan muncul setelah warga itu satu minggu lebih sembuh dari Covid-19.

"Jadi, terkait data yang double itu nyata adanya. Kalau selisih sehari dua hari tidak ribet. Tapi kalau sudah seminggu atau sepuluh hari muncul lagi, nah ini sangat ribet. Ada yang sudah dilaporkan, tapi muncul lagi, dilaporkan lagi, muncul lagi. Ini kan aneh," kata Yunus.

PATUT DITIRU! Positif Covid-19 & Tidak Panik, Rektor USU: Kemarin Masih ke Ladang Kok

Camat Karang Pilang Eko Budi Susilo juga menjelaskan berbagai kendala yang dialaminya.

Namun, ia mengaku kendala itu tidak menyurutkan niat untuk gencar melakukan tracing di wilayah Karang Pilang. Bahkan, kerap kali saat tracing ia mengalami penolakan dari warga.

"Ada yang konfirmasi Covid-19 tapi sama anggota keluarganya malah disembunyikan. Tapi kami terus berupaya dan berkunjung dengan tiga pilar, hingga akhirnya kami berhasil mengatasinya," katanya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "2 Camat di Makassar Positif Corona, Pelayanan Publik Tetap Beroperasi"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved