Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Mengerikan, Beginilah Rangkaian Perencanaan Penembakan Brutal yang Dilakukan Brenton Tarrant

Penembakana itu sudah direncanakan.Mulai dari membeli senjatai api, peluru, latihan menembak, memetakan lokasi sampai memastikan waktu eksekusi

Editor: Budi Rahmat
Mark Mitchell/POOL/AFP
Foto diambil pada 16 Maret 2019, memperlihatkan Brenton Tarrant (tengah), pria yang didakwa pembantaian Christchurch, saat sidang di Pengadilan Distrik Christchurch. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Dihukum penjara seumur hidup, inilah kejahatan yang dilakukan Brenton Tarrant.

Seorang pria yang telah menghabisi sebanyak 51 orang pada aksi penembakannya di masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru.

Dalam persidangan terkuak bagaimana secara bertahap ia merencanakan penembakan.

Mulai dari membeli senajata, memetakan lokasi, memodifikasi senjata agar lebih cepat mengeluarkan peluru, berlatih menembak sampai ia mengatur waktu saat masjdi atau lokasi ramai.

targetnya membunuh banyak orang serta satu lagi yang gagal ia lakukan adalah membakar targetnya

Brenton Tarrant (28), pria asal Australia yang disebut sebagai pelaku penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).
Brenton Tarrant (28), pria asal Australia yang disebut sebagai pelaku penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). (ISTIMEWA via wartakotalive.com)

Melansir dari New Zealand Herald pada hari Senin (24/8/2020), Brenton Harrison Tarrant setelah melakukan penembakan, berencana ingin membakar dua masjid Christchurch setelah serangan teror 15 Maret 2019 di mana dia membunuh 51 orang.

Sidang hukuman Brenton Harrison Tarrant berusia 29 tahun dimulai di Pengadilan Tinggi di Christchurch pagi ini, Senin (24/8/2020).

40 dakwaan percobaan pembunuhan dan salah satu terlibat dalam tindakan teroris.

Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Dalam keheningan, saat petugas Pemasyarakatan melepaskan borgolnya, ia melihat sekeliling ruang sidang tempat para keluarga korban.

Termasuk keluarga Imam Gamal Fouda dari Masjid Al Noor dan 44 Muslim tewas selama shalat Jumat.

Keamanan dijaga ketat baik di luar gedung pengadilan serta di dalam ruang sidang utama.

Setelah pengacara diperkenalkan, Hakim Cameron Mander bertanya kepada Tarrant apakah dia akan mewakili dirinya selama persidangan.

"Ah ya," katanya.

Dia diizinkan duduk.

Jaksa penuntut Barnaby Hawes membaca ringkasan 26 halaman fakta resmi peristiwa untuk pertama kalinya.

Hakim memperingatkan bahwa isinya akan "menyedihkan" tetapi menekankan bahwa hal itu perlu dibacakan di pengadilan terbuka.

Tarrant tinggal di Selandia Baru pada 2017 dan menetap di Dunedin.

Pada September 2017, ia mengajukan dan diberikan lisensi senjata api.

Antara Desember 2017 dan Maret 2019, ia mulai membeli koleksi senjata api.

Ia juga membeli lebih dari 7000 butir amunisi dari berbagai kaliber untuk senjata yang ia kumpulkan.

Tarrant membeli barang-barang itu secara langsung di gerai ritel senjata api dan online.

Selama periode perencanaan, dia "mempelajari menggunakan senjata api" dengan menghadiri beberapa klub senapan.

Tarrant juga memodifikasi senjata agar bisa menembakkan amunisi lebih cepat.

Saat dia membeli senjata dan berlatih menggunakannya, ia mulai merencananakan untuk melakukan serangan terhadap masjid untuk "menimbulkan korban jiwa sebanyak mungkin", pengadilan mendengar.

Dengan menggunakan internet, dia menelusuri detail masjid, gambar interior, lokasi, dan detail spesifik seputar waktu shalat.

Termasuk hari-hari penting dalam kalender Islam untuk mengetahui waktu masjid paling sibuk.

Dan pada 8 Januari tahun lalu, tiga bulan sebelum serangan ia melakukan perjalanan dari Dunedin ke Christchurch untuk mengintai Masjid Al Noor.

Ia berdiri di seberang jalan dan menerbangkan drone langsung ke atas masjid, merekam dan merekam pemandangan udara dari halaman masjid, bangunan, dan pintu masuk dan keluar.

"Sejak saat ini, Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Center menjadi target utama serangannya," keterangan dari fakta yang dibacakan.

Dia juga berencana menyerang Masjid Ashburton setelah meninggalkan Linwood.

Brenton Tarrant ketika dihadirkan di pengadilan Sabtu (16/3/2019). Tarrant dikenai dakwaan pembunuhan kepada jemaah Masjid Al Noor dan Linwood ketika Shalat Jumat di Christchurch, Selandia Baru (15/3/2019). Wajahnya diburamkan untuk mempertahankan haknya mendapat persidangan yang adil.
Brenton Tarrant ketika dihadirkan di pengadilan Sabtu (16/3/2019). Tarrant dikenai dakwaan pembunuhan kepada jemaah Masjid Al Noor dan Linwood ketika Shalat Jumat di Christchurch, Selandia Baru (15/3/2019). Wajahnya diburamkan untuk mempertahankan haknya mendapat persidangan yang adil. (POOL New via Sky News)

HARI SERANGAN

Pada pagi hari tanggal 15 Maret 2019 Tarrant meninggalkan alamatnya di Dunedin dan berkendara ke utara menuju Christchurch.

Ia memiliki senjata api, amunisi yang disiapkan sebelumnya ke dalam magasin dan empat tempat bensin modifikasi untuk digunakan sebagai alat pembakar.

Dia juga memakai baju besi balistik dan rompi taktis bergaya militer.

Pengadilan mendengar niatnya adalah untuk membakar masjid pada akhir serangan tersebut.

Tarrant membawa senjata api berikut bersamanya ke Christchurch:

  • Mossberg 930 semi-otomatis 12 gauge shotgun dengan setidaknya 7 kapasitas magasin peluru untuk satu peluru.
  • Senjata MSSA kaliber .223 Windham Weaponry dilengkapi dengan magasin silinder berisi 60 butir amunisi.
  • Senapan MSSA Ruger AR-15 .223 yang dilengkapi dengan dua magasin besar berkapasitas 40 peluru.
  • Senapan Ranger 870 pump action 12 gauge dengan kapasitas lima tembakan.
  • Senapan aksi tuas magnum Uberti 357 dengan magasin tubular dengan kapasitas 13 peluru amunisi magnum. 
  • Aksi baut Predator Mossberg kaliber 223 dilengkapi dengan magasin 30 peluru.

Tarrant menulis di senjata api dengan mengacu pada berbagai nama dan tanggal yang merujuk pada tokoh dan peristiwa bersejarah seperti pertempuran dan tokoh dalam Perang Salib.

Serangan teror dan simbol termasuk beberapa yang digunakan oleh SS Latvia, Hongaria, Estonia dan Norweigan.

Dia melakukan perjalanan tiba di Christchurch pada pukul 12.55 siang.

Ia berhenti di tempat parkir dekat Masjid Al Noor dan melakukan persiapan.

Termasuk membungkus salah satu rompi antipeluru di bagian belakang kursi pengemudi untuk memberikan perlindungan balistik saat mengemudi.

Ia juga mengatur empat senjata api di kursi penumpang depan dan kaki pengemudi agar mudah dijangkau.

Dua senjata api yang tersisa diletakkan di bagasi belakang mobil, samping empat jerigen pembakar.

Tarrant mengenakan pakaian kamuflase gaya militer dan rompi taktis. Ia memasang kamera Go Pro di bagian depan helm taktis bergaya polisi balistik untuk merekam serangan.

Tarrant juga memasang speaker audio di bagian depan rompinya, ia memainkan musik keras sejak masuk ke masjid Al Noor.

Pada pukul 13.28, dia mengirim pernyataan ke sebuah situs.

Tiga menit kemudian, dia mengirim pesan ke keluarganya menguraikan niat dan instruksi yang harus dilakukan keluarganya untuk menangani media dan polisi setelah serangannya.

Pukul 13.32, ia mengaktifkan Go Pro dan mulai merekam aksinya dan mengirim langsung ke internet melalui Facebook.

Saat serangan sekitar 190 jemaah di dalam Al Noor, sebagian besar laki-laki dari berbagai usia namun ada juga perempuan dan anak-anak yang hadir.

Dia juga menyalakan senter yang berkedip-kedip dirancang untuk menyebabkan kebingungan di antara para korbannya.

Dia mengarahkan kamera Go Pro ke arah wajahnya, "dengan jelas mengidentifikasi dirinya" dan berbicara ke kamera selama serangan "seolah-olah berbicara kepada penonton".

Al Noor

Tarrant memarkir mobilnya di jalan masuk yang berdekatan dengan Al Noor. Ia membawa senapan Windham Weaponry AR-15 di atas bahunya dan membawa Mossberg Shotgun.

Senjata api dan alat pembakar lainnya tertinggal di dalam kendaraan.

Saat mendekati pintu masjid, jamaah Mounir Soliman, Syed Ali, Amjad Hamid dan Hussein Moustafa memasuki masjid di depannya.

Orang-orang itu membelakanginya dan tidak memperhatikan dia mendekat.

Tanpa peringatan Tarrant mengangkat senapannya dan melepaskan sembilan tembakan terarah.

Amukannya yang menyebabkan 44 orang tewas dan 35 terluka di atau sekitar Al Noor.

Tarrant kemudian melihat Ata Mohammad Ata Layan berlari menuju pintu.

ia melepaskan empat tembakan mengarah ke pria yang melarikan diri, mengenai beberapa kali di dada, perut dan lengan kanan. Dia jatuh tanpa bergerak kemudian dinyatakan meninggal.

Tarrant mendekati ruang salat utama, Ali Elmadani berlari dari kanan ke kiri melintasi ujung lorong. Tarrant mengangkat AR-15 dan melepaskan empat tembakan. Elmadani jatuh tidak bergerak.

Menggunakan senapan AR-15 bertenaga tinggi, ia menyerang membabi buta ruangan di kedua sisi.

Dia mengisi ulang senapan ketika kehabisan amunisi dan langsung menembak orang-orang yang mencoba melarikan diri.

"Tarrant mengarahkan AR-15 secara perlahan dan sengaja ke kepala orang-orang yang tampak hidup," pengadilan mendengarkan.

Mucaad Ibrahim yang berusia 3 tahun, berada di kaki ayahnya namun Tarrant membidik dan menembaknya dengan dua tembakan.

Saat Tarrant keluar dari masjid dan keluar dari gerbang. Berbelok ke kanan dan melihat empat orang di jalan setapak dari jauh.

Dia mengangkat AR-15 dan melepaskan 27 tembakan ke arah mereka saat mereka melarikan diri.

Ada Mohammad Faruk. Saat mendekati persimpangan Deans Ave dan Palazzo Lane, Faruk ditembak di punggungnya ke perut dan juga di kaki bagian bawah. Dia kemudian dinyatakan meninggal dilokasi kejadian.

Sazada Akhter, melarikan diri dari Deans Ave menuju Riccarton Rd, dengan satu tembakan yang menyebabkan cedera tulang belakang yang signifikan. Dia akan menggunakan kursi roda selama sisa hidupnya.

AR-15 kosong dan Tarrant membuangnya berjalan kembali ke Subaru-nya mengambil Ruger.

Dengan Ruger penuh dengan dua magasin, Tarrant berlari kembali ke Deans Ave dan ke selatan menuju gerbang masjid.

Dia menembak mereka yang melarikan diri atau bersembunyi di tempat parkir, menewaskan lebih banyak orang.

Tarrant kembali ke ruang sholat utama menembak lagi orang dan yang lainnya berusaha bersembunyi.

"Dia menembak secara metodis ke tubuh dan kepala siapa pun yang masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan."

Ilustrasi
Ilustrasi (firearmsid.com)

PUSAT ISLAM LINWOOD

Setelah meninggalkan Al Noor, tujuan berikutnya Pusat Islam Linwood, dengan menembaki orang-orang dari dalam mobil dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Ia memasuki jalan masuk Pusat Islam Linwood dan memarkir mobil dijalan mencegah kendaraan masuk atau keluar.

Ghulam Hussain, Muhammad Raza, dan Karam Bibi ditembak mati di jalan masuk, sebelum pria bersenjata itu melanjutkan perjalanannya ke masjid.

Saat melewati jendela pertama masjid, Tarrant melihat kepala Mohammed Khan di jendela. Dia mengangkat senapan dan menembaknya hingga tewas.

Dia kemudian menembak melalui jendela sebelum membuang senjatanya karena kosong dan berlari kembali ke jalan masuk ke mobilnya.

Abdul Aziz Wahabazadah berjalan menyusuri jalan masuk dari arah masjid sambil berteriak padanya.

Tarrant mengambil Ruger dan melepaskan tiga tembakan langsung ke arahnya.

Tarrant berjalan kembali masuk dan menembak lagi ke ruang shalat utama, menewaskan lebih banyak orang.

Sebanyak tujuh orang tewas di Islamic Center.

PENANGKAPAN

Tarrant berkendara ke timur di sepanjang Linwood Ave sebelum belok kanan ke Aldwins Rd dan kanan ke Brougham Street.

Pada saat itu petugas polisi berhasil menabrak mobil Tarrant.

Saat diajak bicara oleh polisi, Tarrant mengaku pergi ke kedua masjid dengan maksud untuk membunuh sebanyak mungkin.

Dia mengakui bahwa alat pembakar itu untuk membakar masjid dan mengatakan dia berharap dia melakukannya.

Dalam wawancara Tarrant menyebut serangannya sebagai "serangan teror" Ia termotivasi memulai serangan oleh keyakinan ideologisnya dan dia bermaksud menanamkan ketakutan pada orang-orang yang dia gambarkan sebagai "penjajah" termasuk populasi Muslim dari imigran non-Eropa.

Dia juga mengakui bahwa telah membuat perencanaan untuk menyerang masjid lain di Selandia Baru sebelum memutuskan Christchurch.

Justice Mander menguraikan bagaimana persidangan akan berlangsung dan mengingatkan kembali media tentang kewajibannya dalam melaporkan kasus tersebut.

Dia juga menguraikan bagaimana pandemi global Covid-19 telah memengaruhi kasus pengadilan, dan membatasi jumlah orang yang dapat menyaksikan secara langsung.

Lebih dari 60 pernyataan dampak korban dibacakan ke pengadilan.

Menjelaskan pada pembunuh bagaimana pelanggarannya berdampak pada kehidupan mereka.

Hakim Mander mengatakan, dia akan memberikan hukumannya sebelum Kamis pagi. (Serambinews.com/Syamsul Azman)

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Ide Jahat Brenton Tarrant, Tembak Jamaah Masjid Al Noor Christchurch Hingga Berencana Bakar Masjid

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved