Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Orang Terkaya di Indonesia Surati Jokowi Tolak PSBB, Sebut Tak Efektif Turunkan Pertumbuhan Covid-19

Orang terkaya di Indonesia versi Forbes, Budi Hartono menyampaikan pendapatnya mengenai rencana PSBB

Editor: Muhammad Ridho

TRIBUNPEKANBARU.COM - Orang terkaya di Indonesia versi Forbes, Budi Hartono menyampaikan pendapatnya mengenai rencana Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) DKI Jakarta, Senin (14/9/2020) besok.

Pemolik Djarum Group ini jug mengirim surat kepada Presiden RI Joko Widodo yang isinya menyebutkan bahwa pilihan memberlakukan PSBB tidak tepat.

Budi menyebutkan salah satu alasannya yakni PSBB di Jakarta tidak efektif dalam menurunkan tingkat pertumbuhan infeksi virus corona di DKI Jakarta.

tribunnews
Budi Hartono bos Djarum tulis surat untuk Jokowi penolakan PSBB total di DKI Jakarta (Antara Foto/ Sigid Kurniawan, Forbes)
 

Saran

Tak lupa, pihaknya juga memberikan saran agar kasus infeksi Covid-19 di Indonesia dapat dikendalikan.

Di antaranya penegakan aturan disiplin protokol kesehatan, meningkatkan kapasitas isolasi pasien Covid-19, melaksanakan testing, tracing, isolasi dan treatmen serta menjaga aktivitas perekonomian.

Surat yang kemudian diunggah oleh Mantan Duta Besar Polandia Peter F. Gontha di akun media sosialnya itu menjadi viral.

Seperti apa sosok Budi Hartono yang disebut-sebut memiliki kekayaan Rp 277,83 triliun itu?

Membesarkan Djarum

Dikutip dari Bloomberg, Robert Budi Hartono bersama saudaranya Michael Bambang Hartono mengambil alih bisnis rokok Djarum setelah ayah mereka Oei Wie Gwan meninggal pada 1963.

Mereka kemudian mulai mengekspor rokok pada tahun 1972. Saat ini, sekitar 60.000 pekerja di pabrik mereka di kabupaten Kudus, Jawa Tengah melinting secara manual rokok kretek Djarum.

Kakak beradik ini menciptakan rokok kretek mesin pertama mereka, Djarum Filter, pada tahun 1976.

Mereka memperkenalkan Djarum Super linting mesin, yang sekarang menjadi salah satu merek paling populer di Indonesia, lima tahun kemudian.

Djarum kemudian bermitra dengan Farallon Capital, hedge fund yang berbasis di San Francisco, untuk membeli 51 persen saham publik Bank Central Asia, dengan harga sekitar 860 juta dollar AS pada tahun 2002.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved