Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Warga Muslim Myanmar Berjuang Rebut Kursi Parlemen, Berjuang Hapuskan Diskriminasi Tingkat Tinggi

Tapi, tak mudah meraup 80% suara yang menentukan di daerah pemilihan pusat Kota Yangon.

Gemunu Amarasinghe / AP Photo
Tentara Myanmar di Kamp pengungsi Rohingya 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Warga muslim di Myanmar kini tengah berjuang merebut dua kursi parlemen. 

Usaha tersebut merupakan perjuangan warga Muslim di sana untuk menghapuskan segala macam diskriminasi yang saat ini dilakukan oleh penguasa rezim.

Saat ini, ada dua kandidat kalangan Muslim yang berjuang masju dalam Pemilu memperebutkan kursi legislatif.

Dua kandidat Muslim tersebut dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang maju dalam Pemilihan Umum (Pemulu) 2020. 

Sithu Maung, salah satunya. Ia bilang, setelah lima tahun tanpa satu pun anggota parlemen dari Muslim, Myanmar membutuhkan seseorang untuk membantu memperjuangkan hak-hak minoritas yang tertindas. 

Pria 33 tahun itu adalah satu dari 1.100 lebih kandidat anggota parlemen dari NLD pimpinan Aung San Suu Kyi yang berkuasa.

Pada Pemilu 2015, tidak ada satu pun calon dari kalangan muslim.

Penduduk Muslim berjumlah sekitar 4% dari populasi Myanmar dan mengalami diskriminasi tingkat tinggi.

Merasakan aura kemenangan

Sithu Maung merasakan aura kemenangan, setelah melihat reaksi para pemilih kepadanya di tempat pemungutan suara (TPS).

Tapi, tak mudah meraup 80% suara yang menentukan di daerah pemilihan pusat Kota Yangon.

"Orang-orang bertepuk tangan pada saya, meneriakkan nama saya dari apartemen mereka ketika saya lewat," katanya kepada AFP seperti dilansir Channel News Asia di flat studionya yang sederhana di sebuah bangunan era kolonial.

Hasil resmi secara keseluruhan kemungkinan tidak keluar sampai akhir pekan ini, tetapi NLD yakin telah menang telak, memicu perayaan di jalan-jalan dari ribuan pendukung meskipun ada kekhawatiran akan virus corona.

Daerah pemilihan Sithu Maung adalah salah satu yang paling beragam secara etnis di Myanmar, dengan sekitar 30.000 penduduk yang hampir terbagi rata antara penganut Buddha dan Muslim serta minoritas Rakhine, China, dan India.

“Saya akan bekerja untuk orang-orang dari semua agama, terutama mereka yang didiskriminasi dan ditindas atau dirampas hak asasi manusia,” janjinya.

Tetapi, Sithu Maung menolak untuk mengungkapkan secara terbuka tentang masalah warga Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan, yang penganiayaannya di Myanmar telah membuat marah komunitas internasional.

Sumber: Kontan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved