Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sosok Ini Disebut yang Bertanggung Jawab Temuan Jasad Termutilasi, Tapi Warga tak Berani Menuntutnya

Warga hanya pasrah. Padahal sering ditemukan jasad termutilasi. Sosok ini yang disebut sebagai pelaku. Tak ada yang berani menentang

Editor: Budi Rahmat
alazharpeduli
Ilustrasi 

Tidak boleh ditentang

"Mayat itu dalam kondisi terdekomposisi," kata Inspektur Mathurin Koh dari Brigade Kriminal, yang tak bisa membeberkan penyebab pasti kematiannya karena tidak ada otopsi yang dilakukan.

Koh yang menulis studi tentang metamorfosis magis, mengaku tahu banyak tentang fenomena Talimbi dan mengatakan itu adalah praktik penipu serta sihir, sebagian berada di luar kewenangan resminya meski bisa dihukum berat.

Alih-alih melapor ke polisi, keluarga korban lebih memilih ke dukun tradisional untuk mencaritahu siapa yang meminta bantuan Talimbi.

Kepercayaan pada manusia buaya juga menyebar ke kawasan Afrika tengah lainnya, di mana tiga perang saudara menghancurkan sistem pendidikan publik dan merusak struktur otoritas tradisional. Sebagian besar wilayah bekas jajahan Perancis itu juga masih dikuasai milisi.

"Ketika ketidakpedulian menyebar, itu menjadi pakem. Mereka yang menentang pakem ini praktis ditolak oleh masyarakat," kata Joseph Bindoumi mantan jaksa penuntut.

Mutilasi yang ditemukan pada korban tenggelam sering kali adalah akibat perendaman dalam waktu lama, katanya.

"Tetapi jika Anda mengatakan itu adalah kejahatan atau kasus tenggelam biasa, tidak ada yang akan memercayai Anda."(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Misteri Talimbi Manusia Buaya di Afrika Tengah, Memutilasi Korban di Sungai sebagai Hukuman

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved