Sultan ke-2, Siak Tengku Buwang Asmara Diusulkan Pemkab Siak Usulkan Jadi Pahlawan Nasional
Sultan kedua Siak Tengku Buwang Asmara yang bergelar Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah pernah berperang melawan pasukan Belanda di Selat Guntung
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Pemkab Siak sedang melakukan kajian terkait sultan ke-2 Siak untuk diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Sultan kedua Siak Tengku Buwang Asmara yang bergelar Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah pernah berperang melawan pasukan Belanda di Selat Guntung.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Siak Wan Idris bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Riau telah melakukan kajian.
Mereka menyusuri arsip-arsip, dokumen serta peninggalan Tengku Buwang Asmara.
Baca juga: BOLA LOKAL- Sembilan Wasit Askab PSSI Bengkalis Ikuti Pelatihan Lisensi C III di Padang
Baca juga: Garap Adik Ipar Umur 15 Tahun di Pondok Kebun Sawit, Sebulan Dibawa Kabur Berkali-kali Disetubuhi
Baca juga: Resmi Huni Rutan KPK, Edhy Prabowo Tersangka Kasus Suap Minta Maaf, Sebut Ini Adalah Kecelakaan
"Mudah-mudahan kita bisa memenuhi kriterianya sehingga satu persatu sultan Siak diakui sebagai pahlawan nasional," kata Wan Idris, Rabu (25/11/2020).
Menurut Wan Idris, pihaknya berperan sebagai fasilitator dalam pengusulan gelar pahlawan nasional tersebut.
Sementara di dalam tim yang melakukan kajian terdiri dari budayawan, tokoh masyarakat, serta dosen dan peneliti.
Ia menyebut sejumlah nama yang terlibat, yakni Datuk Drs O.K Nizami Jamil, Profesor Suwadi MS, Dr Wilaela MAg, Prof Dr Isjoni MSi, Datuk Azali Djohan SH, Dr Ellya Roza MHum, Reza Pahlefi dan Cindy Shandoval.
Pihaknya juga sudah menyebar poling, mengumpulkan data-data pendukung, serta persyaratan yang menjadi acuan untuk pengusulan menjadi Pahlawan Nasional.
Berdasarkan hasil dari kajian TP2GD, Kerajaan Siak yang berlangsung lebih dari dua Abad (1723-1945).
Merupakan satu di antara kerajaan besar pemegang estafet kemaharajaan Melayu setelah Kerajaan Melaka jatuh ke tangan Portugis ( sekitar tahun 1511).
Kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Johor-Riau.
Kerajaan Siak didirikan oleh Raja Kecik gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746) berpusat di Buantan.
Raja Kecik berasal dari Kerajaan Johor yang diasuh oleh Kerajaan Pagaruyung, di Minangkabau.
Setelah Raja Kecik mangkat, penerusnya adalah Tengku Buwang Asmara atau Raja Muhammad atau dikenal juga dengan Sultan Mahmud gelar Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah (1746-1760).
Dari hasil kajian TP2GD itu dikisahkan pula bahwa sebelum menjadi Sultan Tengku Buwang Asmara sudah menjalani perang bersama ayahnya Raja Kecik.
Sultan Mahmud juga dikenal berani dan andal serta memiliki taktik dan strategi perang yang sangat jitu. Kerajaan Siak menang telak dalam Perang Guntung.
"Perang Guntung ini tidak hanya sekali. Pasukan Siak yang dipimpin Tengku Buwang Asmara mengarungi Sungai Siak untuk sampai ke Selat Guntung."
" Perang itu dikenal sebagai Perang Guntung (1752-1759) karena terjadi di Selat Guntung, perairan Riau tepatnya di kecamatan Sabak Auh, kabupaten Siak," jelasnya.
Peristiwa Perang Guntung itu telah menjadi catatan penting dalam sejarah Kesultanan Siak .
Perang tersebut dipicu karena perebutan pengaruh di Selat Malaka antara Kesultanan Siak dengan Belanda.
Dalam sejarahnya, pasukan Siak yang dipimpin Sultan Siak kedua bernama Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah atau lebih dikenal Tengku Buwang Asmara berhasil memukul mundur pasukan Belanda.
Tengku Buwang Asmara menggunakan strategi lebih cerdik untuk mengalahkan Belanda.
Tengku Buwang Asmara menduduki tahta Kesultanan Siak pada 1746 M - 1760 M.
Bangun Monumen
Untuk mengenang pergolakan heroik Tengku Buwang Asmara itu, Pemerintah Kabupaten Siak akan membangun monumen Perang Guntung di Kampung Selat Guntung, di Kecamatan Sabak Auh.
Kampung ini bakal menjadi destinasi wisata baru untuk menyejarahkan peristiwa Perang Guntung kepada generasi muda Siak dan wisatawan.
"Sejarah tentang Perang Guntung ini perlu kita angkat untuk memperkaya khasanah wisata sejarah kita," kata Asisten I Setdakab Siak L Budhi Yuwono.
Pihaknya bersama sejumlah pimpinan OPD dan jajaran sudah meninjau lokasi pembangunan monumen itu di kampung Selat Guntung.
Monumen itu akan dibangun di prasasti Perang Guntung yang telah ada di kampung itu.
"Di kawasan itu kan sudah ada prasastinya, tinggal kita kembangkan dan kita tata kembali agar menjadi destinasi wisata baru," kata dia.
Menariknya, lokasi monumen itu berada di area pesawahan baru milik masyarakat seluas 70 hektare.
Sejumlah infrastruktur mulai dibangun di lokasi itu oleh Dinas PU Tarukim Siak. Seperti pembangunan tanggul dan sistem pengairan.
"Insya Allah rampung tahun ini, supaya masyarakat bisa segera bertanam padi. Ini akan semakin bagus karena nantinya di area persawahan ada Monumen Perang Guntung."
"Kita membayangkan ada monumen perang di hamparan pesawahan yang luas," kata dia.
( Tribunpekanbaru.com / Mayonal Putra )