Sulitnya Mencari Kerja Saat Pandemi, Warga Meranti Riau Merantau Mengadu Nasib ke Batam

Tamat SMA 2018 lalu, kemudian membantu ibunya menjahit, Maria kemudian memutuskan merantau ke Batam, dengan harapan mendapatkan upah yang tinggi.

Editor: CandraDani
tribunbatam.id/Bereslumbantobing
Foto Maria dan beberapa pencaker lainnya sedang mengisi berkas kartu kuning di ruang tunggu loket layanan Disnaker Batam di Sekupang, Senin (1/2/2021) 

Dia seolah tak ingin mengenang pahitnya kenyataan saat itu.

Walau menyesal, dia tak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan. Baginya, hidup masih panjang.

Misteri hidup dari Tuhan Yang Maha Kuasa pun tak dapat ditebak.

Perantau Datang Lagi ke Batam, Tiba di Pelabuhan Batu Ampar, Pilih Kapal Pelni. Foto aktivitas di Pelabuhan Batu Ampar, Kota Batam, Provinsi Kepri, Kamis (7/1/2021).
Perantau Datang Lagi ke Batam, Tiba di Pelabuhan Batu Ampar, Pilih Kapal Pelni. Foto aktivitas di Pelabuhan Batu Ampar, Kota Batam, Provinsi Kepri, Kamis (7/1/2021). (TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng)

“Sekarang kerja serabutan saja. Bantu keluarga berjualan, pernah jadi kurir dan fotografer lepas. Kalau tak seperti itu, tak makan,” ucapnya sembari melempar senyum.

Dia berharap, pandemi Covid-19 ini segera berlalu agar roda ekonomi masyarakat kembali pulih.

Sebab, dia merasakan betul dampak dari pandemi Covid-19 ini.

“Jatuh bangun selama pandemi ini memang suatu pelajaran. Bagaimana kita harus mampu bertarung dalam kondisi apapun,” kata dia.

Untuk para Perantau di Batam yang senasib dengannya, Jefri berdoa agar kesulitan ini cepat berlalu.

Agar Kota Batam kembali ‘ramah’ bagi para perantau dan warga tempatan.

“Semoga lapangan pekerjaan kembali banyak dibuka. Pelatihan kerja terhadap masyarakat ikut dibuka juga.Modal usaha untuk mendukung sektor usaha kelas menengah diperlukan. Hanya bisa berharap pada pemerintah sebagai pembuat kuasa,” sebutnya.

Kisah Lain Perantau di Batam

Apa yang dialami Refriyanto tak jauh berbeda dengan apa yang dialami Marlius.

Pria 35 tahun ini setidaknya menjadi gambaran potret Perantau di Batam.

Usahanya melamar kerja kemana-mana sejak tiba di Kota Batam tahun 2015 tak kunjung membuahkan hasil.

Berharap merubah nasib, Marlius nekat merantau ke Batam dan tiba di Pelabuhan Domestik Sekupang.

Lebih dari satu tahun ia kesana kemari mencari kerja di Kota Batam yang berjuluk kota industri ini.

Hingga tawaran untuk bekerja sebagai buruh bangunan di Masjid At-Taubah di Kecamatan Batuaji pun ia ambil.

Marlius sama sekali tidak tahu, jika bekerja merenovasi tempat ibadah itu merubah nasibnya.

Setidaknya ia bisa hidup dengan tenang dan damai.

"Lebih dari satu tahun saya mencari kerja di kawasan Industri yang ada di Kota Batam, tapi tidak kunjung dapat. Sampai datang tawaran dari kawan untuk kerja merenovasi masjid.Termasuk beberapa ruang kelas yang ada di kawasan masjid. Kalau tak salah, itu tahun 2016," kenangnya.

Selama proses renovasi itu, ia tinggal di masjid.

Ini terpaksa dilakukannya karena ia tak memiliki tempat tinggal di Kota Batam.

Pikirnya, ia sekaligus menjaga barang material agar tak terjadi hal-hal yang diinginkan.

Hampir satu tahun merenovasi masjid dan ruang kelas, Marlius pun mendapat tawaran dari pengurus masjid.

Selan diperbolehkan tinggal di sana, ia juga diberi amanag untuk menjaga lingkungan sekolah.

Tawaran ini tak disia-siakan begitu saja oleh Marlius.

"Saya ditawarkan gaji Rp 1 juta sebulan. Saya pikir hal itu sangat bagus, kebetulan saya juga tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan," katanya.

Tak terasa, sudah hampir empat tahun ia tinggal di kawasan Masjid At-Taubah di Kecamatan Batuaji itu.

Ia tak perlu takut untuk berteduh dari panas dan hujan.

Perantau di Batam, Marlius saat membersihkan Masjid At-Taubah di Kecamatan Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Perantau di Batam, Marlius saat membersihkan Masjid At-Taubah di Kecamatan Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri. (TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Selain diberi tempat tinggal, ia juga mendapat makan dari pengurus masjid yang berbaik hati kepadanya.

Meski penghasilan perbulan tak seberapa, ia mengaku sangat bahagia.

Apalagi dengan kondisi batinnya kini.

"Saya sangat senang. Saya juga sangat bahagia karena bekerja di lokasi mesjid ini. Salat saja juga tidak tinggal, jadi rasanya sangat damai," ucapnya.(TribunBatam.id)

Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Demi Dapat Gaji Lumayan, Maria Tinggalkan Meranti, Namun Tak Kunjung Dapat Kerja di Batam, dan telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Banyak Loker, Permintaan Kartu Kuning di Batam Meningkat, Warga Padati Kantor Disnaker,dan telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Kisah Perantau di Batam 'Babak Belur' Lawan Pandemi, Usaha Tutup Hingga Kerja Serabutan, 

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved