Pemerkosaan Masal yang Dialami Muslim Uighur Buat AS Geram: Kekejaman Ini Mengejutkan Hati Nurani
Penindasan terhadap muslim Uighur yang dilakukan rezim China sudah masuk dalam kejahatan genosida.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Penderitaan muslim Uighur di kamp tahanan Xinjiang, China akhirnya dikaetahui oleh Amerika Serikat.
Washington pun menuntut Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk melakukan penyelidikan atas penindasan yang dialami oleh muslim Uighur di China.
Penindasan terhadap muslim Uighur yang dilakukan rezim China sudah masuk dalam kejahatan Genosida.
Dilansir dari Kompas.com, Departemen luar negeri Amerika Serikat (AS) menanggapi laporan BBC, yang dipublikasi pada Rabu (3/2/2021), yang merinci tuduhan mengerikan terhadap pemerkosaan, pelecehan seksual, dan penyiksaan, berdasarkan wawancara dengan beberapa mantan tahanan dan seorang penjaga.
Narasumber menceritakan kepada BBC bahwa "mereka mengalami atau menyaksikan bukti dari sistem pemerkosaan masal, pelecehan seksual, dan penyiksaan yang terorganisir".
"Kami sangat terganggu dengan laporan itu, meliputi kesaksian langsung dari pemerkosaan dan pelecehan seksual sistematis terhadap para wanita di kamp interniran untuk etnis Uighur dan Muslim lain di Xinjiang," kata juru bicara departemen luar negeri.
Pernyataan itu mengulangi tuduhan AS bahwa China telah melakukan " kejahatan kemanusiaan dan genosida" di Xinjiang, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Kamis (4/2/2021).
"Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius," lanjut pernyataan departemen luar negeri AS.
Juru bicara itu menuntut China mengizinkan "penyelidikan segera dan independen oleh pengamat internasional" atas tuduhan pemerkosaan "di samping kekejaman lain yang dilakukan di Xinjiang."
Laporan BBC mengatakan pihaknya tidak dapat secara independen memverifikasi kisah-kisah para wanita tersebut, termasuk laporan mengerikan tentang penyerangan dan penyiksaan seksual, dan memaksa beberapa wanita untuk bertelanjang diri dan diborgol sebelum mereka ditinggalkan sendirian dengan seorang pria.
Detail utama dan dokumen perjalanan cocok dengan garis waktu dan citra satelit yang tersedia, serta berhubungan dengan banyak laporan lain dari mantan tahanan.
Menteri luar negeri Australia, Marise Payne, menyetujui seruan AS untuk pengamat internasional, seperti komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Michelle Bachelet "diberi akses langsung, bermakna dan tidak terbatas ke Xinjiang pada kesempatan sedini mungkin".
“Australia telah konsisten dalam menyampaikan keprihatinan yang signifikan dengan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang," ujar Payne.
"Laporan terbaru tentang penyiksaan sistematis dan pelecehan terhadap wanita ini sangat mengganggu dan menimbulkan pertanyaan serius terkait perlakuan terhadap Uighur dan agama serta etnis minoritas lainnya di Xinjiang," lanjutnya.
Sementara, China secara konsisten telah membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan genosida di Xinjiang.
