Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Dilema Perajin Tempe di Kepulauan Meranti, Kedelai Naik Harga Tetap Biasa,Takut Tak Laku Jika Mahal

Dilema perajin tempe di Kepulauan Meranti, kedelai naik patok harga seperti biasa, takut tak laku jika mahal

Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU/TEDDY TARIGAN
Dilema Perajin Tempe di Kepulauan Meranti, Kedelai Naik Harga Tetap Biasa, Takut Tak laku Jika Mahal. Foto: Perajin tempe di Kepulauan Meranti, Riau. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, SELATPANJANG - Dilema perajin tempe di Kepulauan Meranti, kedelai naik patok harga seperti biasa, takut tak laku jika mahal.

Sejumlah perajin usaha tempe di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau mengaku kesusahan dengan naiknya harga kacang kedelai belakangan ini.

Kondisi tersebut membuat meteka terpaksa mengurangi produksi dagangan.

Seperti yang diungkapkan Sodiah (51), warga Gang Jambu, Desa Alahair, Kecamatan Tebingtinggi.

Ia mengungkapkan, tidak memiliki pilihan lain saat ini selain terus melanjutkan produksi tempe untuk mencukupi pendapatan ekonominya.

Walaupun hanya berpeluang kecil mendapatkan keuntungan lebih.

"Kita jadi payah untuk mencukupi penghasilan. Sebab kedelai naiknya separuh harga dari yang biasanya," kata Sodiah.

Hal tersebut juga diperparah dengan pandemi Covid-19 yang belum menampakkan kondisi membaik, membuat sejumlah akses ke wilayah tempat biasanya memasok tempe ditutup.

Meski begitu, wanita paruh baya itu mesti bekerja keras agar dagangan tempenye bisa laku normal.

"Tempat saya memasok tempe ditutup, akibat Corona. Seperti Desa Tanjung Samak (baru-baru ini sudah dibuka), Sungai Tohor, dan Teluk Kepau. Dengan begini susah kita jadinya," ungkapnya.

Sodiah biasanya membeli kacang kedelai rata-rata dengan ukuran berat karung 50 kilogram seharga Rp350 ribu.

Kini sudah naik menjadi Rp560 ribu. Jadi selisih harga kenaikan harga mencapai Rp210 ribu.

"Sudah Rp 560 ribu sekarang, jadi dalam sehari saya hanya memproduksi tempe sebanyak 18 kilogram saja. Sedangkan sebelumnya bisa buat banyak yaitu 30 kilogram," tuturnya.

Tak hanya itu, Sodiah juga mengatakan meski kedelai naik, dirinya terpaksa mengurangi porsi atau ukuran tempe menjadi agak kecil.

Kalau menaikkan harga tempe, ia khawatir sepi pembeli.

"Saya khawatir tidak ada yang mau membeli kalau dinaikkan harga. Sedangkan sekarang ini saja sudah sepi pembeli, meskipun hanya beberapa," ucap dia.

Soal kenaikan harga kedelai, Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (DisdagperinKopUKM) Kepulauan Meranti langsung menanggapi.

Mereka mengatakan akan mengecek terlebih dahulu di lapangan soal kenaikan tersebut.

"Iya nanti akan kita dicek di lapangan. Kita belum tahu penyebab kenaikannya,"ungkap Kepala Bidang Perdagangan Disdagperinkop UKM Kepulauan Meranti Ade Suhartian melalui Kasi Perdagangan Dalam Negeri Luar Negeri dan Pendaftaran Perusahaan Hidayat, Selasa (8/6/2021).

" Jika nanti sudah ada data yang cukup, nanti kita informasi," imbuhnya.

( Tribunpekanbaru.com / Teddy Tarigan )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved