Mengejutkan, saat Amerika Serikat Tegas, Inggris Justru Ingin Buka Komunikasi dengan Taliban
Mengejutkan, Inggris justru ingin bangun komunikasi dengan Taliban. Cara Inggris ini bertolak belakang dengan Amerika Serikat
Pernyataan tersebut disampaikan Johnson pada Jumat (20/8/2021), beberapa hari setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan.
Johnson juga membela Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab yang mendapat kecaman karena penanganannya atas situasi di Afghanistan.
"Yang ingin saya yakinkan kepada orang-orang adalah bahwa upaya politik dan diplomatik kami untuk menemukan solusi bagi Afghanistan, bekerja dengan Taliban, tentu saja jika perlu, akan terus berlanjut," kata Johnson kepada media seperti dikutip dari Kompas.com
Baca juga: Wanita yang Mengasingkan diri ke AS ini Beberkan Perlakukan Taliban ke Perempuan Afganistan
Johnson juga mengomentari bahwa situasi di bandara Kabul saat ini menjadi sedikit lebih baik.
Pemerintah Inggris melaporkan bahwa pihaknya telah mengevakuasi 1.615 orang sebagaimana dilansir Reuters.
Di antaranya termasuk 399 warga negara Inggris beserta tanggungan mereka, 320 staf kedutaan, dan 402 warga Afghanistan.
Ditanya apakah dia masih percaya pada Raab yang telah menghadapi seruan pengunduran diri dari, Johnson menegaskan dia tetap mendukung Raab.
Sementara itu, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada Sabtu (21/8/2021) bahwa pihaknya belum bersedia mengakui Taliban.
Von der Leyen menambahkan, Uni Eropa juga tidak akan mengadakan pembicaraan dengan kelompok milisi tersebut.
"Kami mungkin mendengar kata-kata Taliban tetapi kami akan mengukur mereka di atas segalanya dengan perbuatan dan tindakan mereka," kata von der Leyen dalam konferensi pers.
Baca juga: ISIS Balas Dendam Pasca Pentolannya Dieksekusi Mati Taliban, Kabul Semakin Mencekam
Dia menuturkan, Komisi Uni Eropa siap memberikan dana kepada negara-negara Uni Eropa yang membantu memukimkan kembali para pengungsi.
Von der Leyen juga berencana untuk mengangkat masalah pemukiman kembali pada pertemuan G7 pekan depan.
(Tribunpekanbaru.com)
