Islamofobia Di India Meningkat Pasca Taliban Kuasai Afghanistan, Nasib Muslim Semakin Nelangsa
Segera setelah Taliban menggulingkan pemerintah yang didukung Barat bulan lalu, warganet membanjiri media sosial India dengan tagar #GoToAfghanistan.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Guruh Budi Wibowo
Ketakutan Talibanisasi
Ketua menteri kontroversial Uttar Pradesh berjubah safron, Yogi Adityanath, dengan cepat ikut-ikutan dan mengklaim pernyataan seperti itu adalah “upaya untuk Talibanisasi” India.
"Jenis kekejaman terhadap perempuan yang terjadi di sana ... tetapi beberapa orang tanpa malu-malu mendukung Taliban," katanya di majelis negara bagian.
Pemerintah Adityanath mengumumkan pendirian pusat anti-teror baru di Deoband, tempat kelahiran aliran pemikiran Deoband di mana Taliban secara longgar mendasarkan ideologinya.
Sekolah Islam berpengaruh telah mengilhami puluhan ribu institusi di seluruh dunia.
Mengomentari pusat anti-teror, juru bicara negara bagian Shalabh Mani Tripathi mengatakan di Twitter: “Di tengah barbarisme Taliban, dengarkan juga berita UP. Yogiji telah memutuskan untuk membuka pusat komando ATS di Deoband dengan segera.”
Barq mengatakan pemerintah Uttar Pradesh "sibuk membuat kebijakan anti-Muslim", menyebut Deoband sebagai pusat teror dan mendirikan pusat di sana sebagai sarana untuk memajukan "politik kebencian".
“Apa yang telah dilakukan Deoband hingga dicap seperti itu? Itu adalah seminari Islam tempat alim (cendekiawan Islam) belajar, apa yang salah di sana?”
“Ini adalah kebijakan kebencian yang mereka pikir akan memenangkan pemilu.”
Muslim jadi minoritas paling menderita setelah kasta Dalit
Di India, muslim menjadi kaum palig menderita setelah kasta Dali, kasta terendah dalam keyakinan Hindu India.
Serangan kebencian terhadap Muslim India, termasuk hukuman mati tanpa pengadilan dan penargetan bisnis mereka, telah menjadi urusan sehari-hari di India.
Tahun lalu, ketika pandemi virus corona meletus, sekelompok misionaris Islam, yang disebut Jamaah Tabligh, disalahkan karena menyebarkan virus di India.
Dalam laporannya tahun 2020, Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF) menyebut India sebagai “negara yang menjadi perhatian khusus”.
“Pemerintah nasional mengizinkan kekerasan terhadap minoritas dan rumah ibadah mereka berlanjut tanpa hukuman, dan juga terlibat dalam dan menoleransi ujaran kebencian dan hasutan untuk melakukan kekerasan,” kata laporan itu.
